Besok hari minggu buka bersama, di rumah Kiky. Bagi yang akan datang
dimohon konfirmasinya. Untuk biaya, nanti akan dibicarakan kembali.
Kiky? Lama tidak mendengar nama tersebut. Maaf, bukannya lupa atau
bagaimana, tapi setelah lulus sekolah kami semua disibukkan dengan
kesibukan masing masing, sehingga intensitas untuk bertemu pun
berkurang, bahkan hampir tidak pernah.
Satu satunya kesempatan untuk berkumpul, jika ada event atau moment
tertentu, seperti buka bersama, halal bihalal atau pernikahan teman
teman seangkatan. Seperti saat akhir bulan puasa dimana sebagian kami
yang merantau, akan kembali ke kampung halaman.
*****
Sore harinya setelah aku mendapatkan sms dari Azmi, aku mencari cari
buku beserta dvd tahunan, dan foto semasa sma. Ingin kembali rasanya
bernostalgia, nostalgia zaman masih ingusan, masih sering berantem,
masing sering gonta ganti pacar, saat dimana kita mencari jati diri,
berusaha menemukan kedewasaan, mendapatkan kawan dan teman cumbuan.
Kubolak balik halaman demi halaman, melihat, biodata, pesan dan kesan,
serta motto hidup yang *ehm* konyol. Sampai akhirnya aku menemukan, dan
mengingat Kiky, di dalam album dia berfoto dengan Azmi. Ya aku ingat
jika keduanya adalah, ‘teman dekat’, mempunyai panggilan khusus antara
mereka, ‘bibho’.
Kiky, gadis ramah, pintar, cantik. Aku rasa 3 kata tersebut cukup untuk
mewakili pribadinya, seksi? Terlihat sedikit bentuk tubuh khas abg yang
mulai ranum tercetak dalam baju seragamnya, yang tertutup hijab. Tapi
itu tak mengurangi innerbeauty-nya, dan malah menambah ke anggunan
dirinya.
Sedangkan Azmi, pria gemuk, semi arab, sekilas mirip penyanyi Maher
Zein, mempunyai pribadi yang ramah, dan ‘sedikit penurut’, karena itu
dia seringkali dijadikan seksi repot untuk mengadakan acara.
Dan kenalkan aku Jhon, tak jauh beda dengan cowok pada umumnya, pemuda
tulen, 22 tahun, single. tak punya kelebihan tapi banyak kekurangan,
kurang iman, kurang ganteng, kurang duit. Ok, cukup untuk sesi, mencaci
diri sendiri.
*****
“Jhon, nanti sore ikut open together?” tanya Azmi di seberang sana.
“Ha?”
“Buka bersama. hehehe.”
“Oo.”
“Ikut gak ?!! malah a o a o !!”
“Ya.”
“Tak samperin jam 5 ya? bawa duit lho buat iuran beli ta’jil.”
“Ya.”
“Asuuuu, di omongi malah ya yo ya yo ! diancuk kowe pancen !”
“Tuut. . tuut. . tuut..” telepon langsung diputus oleh Azmi, kurasa dia kesal karena jawabanku bukan seperti yang dia harapkan.
Bukan kareana sombong aku malas menjawab pertanyaan dari Azmi, tapi 4
jam yang lalu aku mengakhirkan saur, dan 4 jam sudah aku berpuasa, tidak
makan dan tidak minum,lemas dan tak bertenaga, bahkan untuk berbicara
pun sudah tak ada tenaga, lemah. Serta nafas yang bau semakin membuatku
malas berbicara lama lama, walau hanya di telepon.
*****
“Treng. . teng. . teng. . teng. . “ suara vespa yang kukenal, dan
benar saja aku melihat sosok besar, berjembros tipis dan berhidung
mancung sedang senyum senyum aneh, di depan rumahku.
“Syuuuuuh. . syuuuuuuh. .” aku sambil mengibas ngibaskan tangan, menirukan cara orang mengusir ayam, ke arah Azmi.
“Diamput tenan kowe Jhon, dateng baik baik malah di dzolimi,
calon penghuni kekal neraka kowe” sumpah serapah Azmi yang -kocak- malah
membuatku tertawa terbahak bahak.
“Hahaha, wis ayo berangkat, nanti keburu buka sampai di rumahnya Kiky” aku melompat ke jok belakang vespa excelnya.
“Wis jhon?” sambil menarik tuas gigi.
“Wis” aku memelukkan badanku ke tubuh Azmi yang ternyata gede banget.
“Treeeet. . ” vespa tersebut disentakkan, vespa standing, aku kaget, aku
mencari pegangan dan tak sengaja aku mendapati gundukan di resleting
celana Azmi, kuraba sebentar, dan aku meremasnya. gede pake banget, gila
! arab punya, asli , mutu terjamin.
“Wasyuuuu, turun kowe! Dasar homo!” caci Azmi sewaktu sadar aku meremas tonggaknya.
“Haha, sekali kali pengen tau punya temen broo, hahaha”
-Setelah kejadian itu, Azmi duduk agak menjorok ke depan, dan kami saling diam selama perjalanan.-
*****
Setelah kami sampai di rumah Kiky, temen temen yang lain sudah
berkumpul, di teras depan rumah Kiky, sudah terlihat tumpukan nasi
kardus dan takjil yang menggoda untuk di santap.
Aku dan Azmi turun dari exelnya, disambut oleh wanita mengenakan abaya khas syahrini dipadu dengan hijab yang modis,sempurna.
“Eh bibhoo, Jhooon, sini masuk masuk” Kiky mempersilahkan kami masuk,
tetapi sebelum sampai ke teras rumahnya, adzan maghrib sudah
berkumandang.
“Alhamdulilaaaaaaaaaaaaah,” buru buru aku yang berjalan ke arah
gerombolan teman temanku langsung menikung tajam ke arah di mana ta’jil
berada.
Kenyang dengan stok ta’jil yang tersedia, kami menunaikan ibadah solat
maghrib, namanya ABG yang unyu unyu pasti kurang lengkap rasanya jika
berkumpul dengan teman tanpa nge gosip, apalagi sudah 3 taun aku tidak
bertemu dengan mereka.
Gosip sana gosip sini, semua asyik dengan topik pembicaraan masing
masing, tetapi tidak denganku, aku teringat masih ada orang yang kurang
lengkap setelah melaksanakan solat maghrib tadi.
Terlalu banyak minum es buah dan teh membuatku ingin ke kamar mandi, aku bertanya pada Andi,“kamar mandi dimana ndi?”
“Di belakang, masuk aja ntar juga ada” Andi menjawab sekenanya, lalu meneruskan ngobrol masalah game dengan Alvin.
Aku berjalan masuk ke dalam ke rumah Kiky, berusaha mencari cari, kamar
mandi, sedikit pintu terbuka, kucoba mengintip, ternyata, Azmi dan Kiky
sedang berada diatas tempat tidur, berdua, telanjang
*****
"Ooh. . uumh. ." Kiky semakin menggelinjang, saat Azmi mulai menjelajahi
leher jenjang putihnya, baru pertama kali ini aku melihat, aurat Kiky
di depan mata secara langsung.
“Biiiibh. . oooh. . ” Kulihat mata Kiky perlahan sayu, tangannya masih memeluk tengkuk Azmi yang berada di atasnya, “Sshhh. . ”
Azmi mulai memagut bibir Kiky, melumat, tubuhn Kiky, hampir tenggelam dibawah tubuh Azmi yang memang tinggi besar.
“Mmmmh. . ” terdengar lenguhan saat Azmi mulai meremas kedua payudara milik wanita yang aku kagumi selama ini.
“Biibh. . ” Kiky terengah, ciuman mereka terlepas, menyisakan wajah
merona milik Kiky, rambut semi ikal panjang mirip atiqah hasiholan yang
selama ini terteutup hijab tergerai bebas di ranjang asmara. Aku salah
satu dari yang beruntung melihat tubuh Kiky, secara polos.
Azmi mengecup pipi Kiky, Kiky tersenyum. Azmi mulai merambat mengecup bibirnya, Kiky membalas ciumannya.
Bibir mereka kembali berpagut, kali ini lebih ganas, lebih panas.
“Mmmmh.... hh.... h.... h....” Suara lengguhan bercampur dengan suara
desahan, seiring bergumulan yang kian ganas. Kali ini sepertinya dua
sejoli ini sudah tidak bisa menahan nafsu masing masing dari mereka.
Kiky, yang daritadi terlentang di bawah Azmi tiba tiba beringsut bangun, “Jhooon. . !”
Sontak Azmi menoleh ke belakang, dan Kiky menutup payudaranya dengan
bantal. Aku salah tingkah, mau kabur sudah terlambat, mau ngajakin
threesome, disangka ga tau diri.
“Sini Jhon, jangan diluar, nanti yang laen tau, masuk tapi kunci
pintunya,” bisik Azmi, tapi Kiky langsung memasang wajah protes terhadap
Azmi.
Aku di dalam posisi yang serba salah saat ini, antara takut, malu, dan
nafsu, semua menjadi satu. Tapi kuputuskan untuk mendekat kepada mereka
berdua, sampai di tepi ranjang. Dan ternyata Azmi melanjutkan
aktifitasnya dengan Kiky yang sempat tertunda.
Azmi menciumi bibir Kiky dan mulai meremas payudara milik Kiky yang tadi
sempat tertutup bantal, Kiky membelalak ingin protes tapi ciuman Azmi
telah membius Kiky supaya diam dan menikmati saja pertempuran ini.
Aku hanya bisa berdiri mematung, salah tingkah melihat kelakuan mereka,
bingung, tak tau apa yang harus aku lakukan, sedangkan sepasang anak
adam , persis di depanku telah intim dengan lumatan dan remasan, aku
hanya bisa memandang adegan mereka, payudara Kiky yang sempurna, bulat,
tepet di tengahnya terdapat areola coklat muda dimana tengahnnya
terdapat puting kecil yang mancung. Hmmm.
Dikecup leher Kiky yang mputih, mulus, harum. “Oooh. . ” Kiky
melingkarkan pahanya ke pinggang Azmi, Azmipun menurunkan cumbuanku ke
sekitar payudara yang menggoda, membenamkan seluruh wajahnya ke gunung
kembar Kiky, “mmh. .”
Kiky berteriak penuh gairah, dibenamkannya kepala Azmi lebih dalam.
Sedang asyik dengan kedua payudara milik Kiky, Azmi menurunkan tangannya
menuju ke gundukan vagina Kiky, mulai mengelus rambut rambut halus yang
berada dibawah pusar Kiky.
Aku yang sedari tadi sudah terangsang, berinisiatif mundur beberapa
langkah, duduk di kursi deket tembok, sama persis seperti sutradara yang
melihat artisnya melakukan adegan panas. Aku menahan nafas berusaha
tetap tenang, tetapi kejantananku sudah berusaha sebisa mungkin lepas
dari jerat sempak yang membatasi kebebasannya.
Ku keluarkan dengan bangga kejantananku dari belenggu penjajahan sempak,
Persetanlah dengan rasa malu pada mereka, toh mereka juga tidak ada
rasa malu dengan ku. Ku kocok pelan penis yang selama ini aku banggakan,
begitu keras, tegak. Tetapi begitu aku melirik ke bawah dimana tangan
Azmi sedang asyik dengan vagina Kiky, tiba tiba betang kejantanan yang
selama ini aku elu elukan sebagai pembius wanita mendadak ciut tak
bernyali, kalah mental dengan batang milik Azmi. Antara kagum, kaget dan
iri menjadi satu. Aku ingin penisnya, ehm, maksudnya aku ingin punya
penis seperti dia.
Azmi menurunkan cumbuannya turun kebawah lagi, ke perut, sedang
tangannya masih asyik memelintir payudara Kiky dan tangan satunya masih
mengusap vagina sambil sesekali memasukan jarinya, sambil menciumi perut
Kiky, Azmi memandangku, memberi isyarat dengan bahasa bibir ’Sini,’
tanpa bersuara.
Tidak menunggu untuk diperintah kedua kali , aku merapatkan diri kepada
insan yang dibanjiri birahi. Kiky yang sedari memejam merasakan layanan
Azmi, sontak kaget melihat kehadiranku di sebelahnya. “eehh, Jhooonn,
asshhh. . . ” aku langsung menciumnya, awalnya Kiky sempat melotot dan
menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju akan kehadiranku, tapi
mungkin karena rangsangan yang diberikan Azmi tak tertahankan, membuat
Kiky lupa diri.
Tangan Azmi turun kebawah merentangkan kedua paha saat kepala Azmi mulai
terbenam di daerah vagina Kiky, aku yang masih berciuman dengan Kiky,
memberanikan diri untuk menggerilyakan tanganku di payudaranya. Tangan
Kiky mulai mendekap kepalaku, mngusap bahkan menjambak rambutku. Bibir
kami saling berpagut, mengucup, lidah kami saling membelit sebelum
akhirnya Kiky menggigit bibir bawahku, menahan sesuatu.
Aku melihat sekilas ke bawah,astaga, penis Azmi sudah mulai membuka
jalan menyeruak masuk, berusaha menyatu, merambat melalui dinding vagina
Kiky. Semakin penis itu masuk semakin bibirku di gigit dan semakin
kencang pula jambakan pada rambutku.
Dan “heeeghh” Kiky tertahan, melepaskan ciumanku, menengadah keatas
sambil memejamkan mata, seksi sekali, Kiky menggeliat, menjambak
rambutku sambil mengerang tak karuan. Ketika penis Azmi mulai keluar
masuk vagina Kiky, aku bergidik membayang kan penis sebegitu besarny.
“sshh. . ssshh. . aaah. . aaah. .” Kiky mulai mengerang,
menggeleng-geleng heboh. Aku khawatir suara berisik kami membuat curiga
teman teman yang lain, yang sedang mengobrol di luar.
Aku mencupang leher Kiky sambil terus meremas payudaranya, tangan Kiky
masih menjambak rambutku, aku bangkit, Azmi dan Kiky terkejut seketika
menghentikan aktifitasnya, dan memandang heran ke arahku, “kenopo
Jhon?” tanya Azmi yang masih menancapkan batang penisnya ke vagina
Kiky, aku tidak menjawab pertanyaan Azmi, aku hanya menyorongkan penisku
mendekat ke arah Kiky, seolah mengerti maksudku, Kiky menggenggam
penisku sementara Azmi hanya tersenyum, melanjutkan rojokannya.
Beberapa saat dikocok oleh Kiky, aku membangunkan Kiky, menyuruhnya
untuk mengulum penisku, Azmi pun merubah posisi menjadi doggy style.
Azmi menyodok Kiky dari belakang, sementara Kiky mengulum penisku yang
berdiri di depannya
Malam itu kami bercumbu dengan buas , liar, Azmi masih mendorong
pinggulnya maju mundur, sambil memegang pinggang Kiky, sedangkan Kiky
seperti menahan sesuatu saat Azmi memompanya, tangannya mencengkram
sprei, dan tangan satunya memegang pahaku untuk sandaran saat dia
mengeluar masukkan penisku di mulutnya.
Aku mendorong pinggulku lebih cepat supaya dapat merasakan sensasi yang
aku inginkan, kenikmatan dengan Kiky, yang hanya kudapat dalam mimpi
atau onani, kini sudah kurasakan sendiri.
Kiky yang semula kukira polos dan lugu tak kusangkan akan sebinal ini dalam urusan ranjang.
Dimainkannya sodokan Azmi dengan tetmpo yang teratur, Kiky semakin
menggelinjang heboh, dia melepas kulumannya, menggigit perutku, “ssshhh.
. oohhh. . ” Azmi tau apa yang barusan diperoleh Kiky, karena itu dia
menghentikan sementara kocokonnya, memberikan Kiky sejenak waktu untuk
istirahat.
Beberapa menit kemudian, kulihat hentakan dari Azmi semakin menjadi jadi.
“Kii. . ., ahh. . “
Kiky memegang pinggulku menahan sodokan dari Azmi yang kian menggila, beberapa kali sentakan kencang membuat Kiky terguncang.
Kiky melepaskan kulumannya kepada penisku, dia meringis, menahan sesuatu .
“ssshhh. . . ahhhh. . ..” Kiky mencengkeram pahaku lengkap dengan kuku
kukunya, Azmi juga melakukian hal yang sama mencengkeram erat sambil
memasukkan dalam dalam penisnnya ke vaginanya.
Setelah itu Azmi ambruk, turun melepaskan penisnya dari cengkraman
vagina Kiky. Sama seperti Azmi, Kiky pun duduk, melepaskan cengkraman
tangannya di pahaku. Mengambil tissue dan membersihkan sisa sisa sperma
Azmi yang tertinggal di vagina Kiky. Akupun menyusul Kiky yang masih
berjongkok membersihkan vaginanya, ku ambil tissu, kusapukan di penisku,
‘kentang’ pikirku.
Kulihat Kiky sejenak menatapku, turun menatap penisku, “belum keluar ya? hihihi,”.
“Iiya nih, tanggung banget,”
“Sini,” Kiky memegang penisku yang masih setengah tiang, mulai megulumnya
kembali, kali ini kuluman Kiky lebih nikmat dari yang pertama. Entah kenapa.
Tanganku turun merambah payudaranya, tidak begitu besar memang,, tetapi
kenyal, padat, halus. Payudara yang dulunya tertutup seragam putih,
dengan lambang osis di di kantungnya, kini aku merasakan apa yang
menjadi rahasia dibelakang lambang osis tersebut.
Sekitar 5 menit Kiky melakukan blow job, dia melepaskan kulumannya
sambil sedikit terengah engah “sekarang?” tanyanya. “yuk,” jawabku
singkat.
Kiky menelentangkan tubuhnya di lantai sambil membuka pahanya lebar
lebar, aku turun mengarahkan penisku ke perut ratanya, penisku kuarahkan
turun dari perut ke vaginanya, tapi dengan perlahan lahan, aku ingin
penisku juga menikmati setiap inchi tubuh Kiky.
“Jhoon, gelii ssshhh. . .” begitu kuusapkan penisku di atas vaginanya,
kiiky setengah bangkit merangkul kepalaku, melumat bibirku. Aku yang
belum siap dengan gerakan Kiky hampir saja terjatuh, ku ikuti kemauan
Kiky, kubalas lumatan bibir seksinya, tangan Kiky yang sedari tadi
merangkulku , perlahan turun merambati dada, perut dan sampai ke
penisku, digenggamnya sesaat, dan diarahkannya ke lubang vaginanya,
Aku melepaskan ciumanku, “kok buru buru?” tanyaku, “udah basah jhoon”.
Aku hanya tersenyum mendengar pengakuan Kiky.kumasukkan pelan pelan
penisku, kudorong mengikuti rongga vaginanya, hangat. Saat penisku sudah
terbenam ke dalam, ku diamkan sesaat, menikmati nikmatnya baluran
lendir vaginanya
“Sssh, ahhhh..” erangnya halus.kutarik pelan penisku, sambil kunikmati wajah indah Kiky, hmmm, dia memandangku dengan sayu,
“Oohhh! aarrghhh!!” Kiky merintih, saat kubenamkan lagi penisku dengan
agak kasar, mulai kugenjot penisku yang sudah mulai beradaptasi dengan
keadaan ‘sarang barunya’.Akupun merasakan gesekan gesekan geli di
sekitar penisku, otot otot merah di penisku beradu dengan ketatnya
dinding rahim Kikysetelah beberapa kali pompaan, vagina Kiky sudah mulai
beradaptasi (lagi) setelah tadi merasakan kenikmatan bersama Azmi, kini
giliranku mencicipi kenikmatan yang diberikan Tuhan.
Penisku Tercelup seutuhnya tanpa tersisa. Kiky semakin mendekapku dengan
erat, menahan birahi yang meledak meledak dari dalam
dirinya.“jhooooonn. . .”
“a-apa kiii. .?”
“hssshhh. . terusshh. . ”
Aku mulai memompa pelan penisku, sedikit demi sedikit, aku mulai
emnemukan apa yang aku cari, kenikmatan, vagina Kiky yang tadi telah
dihajar oleh penis Azmi, ternyata masih sanggup mencengkram erat
penisku, tak terasa sisa sisa rojokan dari pertempuran
sebelumnya.Kemaluan Kiky yang masih sempit mulai bertambah licin dan
basah, aku mulai memainkan tempo, aku menjadi konduktor, pengatur rhytm
dalam sebuah orkestra.
Kiky menggeleng geleng kepalanya ke kanan dan ke kiri, mulai menggelinjang dan mengeluarkan desahan desahan tidak jelas.
Sebenarnya akupun merasakan hal yang sama, tapi akiu mencoba tetap
tenang, tidak mau memperlihatkan ke’cupu’anku. Kucoba untuk tenang
mengen dalikan emosi.Entah berapa menit tubuh kami melai menyatu,
beradu, bergejolak bersama, mengeluarkan desis dan rintihan birahi.
Hmmm.
Kiky merapatkan wajahnya di leherku, pahanya mengunci pinggulku, seakan
memintaku untuk menusuknya lebih dalam, dan “aaargghhhh. . . .” penisku
serasa dipelintir, dan disiram oleh lendir hangat dari kemaluan Kiky.
“eghhh. . . eghhh. . ” nafasnya masih tersengal menikmati sisa sisa
orgasme.
“Makasih sayaaaanggg. . .” kalimat itu menggelegar di dadaku, walaupun
baginya cuma ucapan terima kasih karena memperoleh kenikamatan, tapi
lain denganku, buatku kata ‘sayang’ dapat kuartikan lebih
Penisku kucabut dari vagina Kiky, Kiky bangkit dan duduk merapatkan
tubuhnya di sebelahku, bersandar pada tembok, kulihat Azmi tertidur di
depanku. ‘bangsat si arab, gede doang tapi loyo’ batinku.
“Kamu belum keluar Jhon ?”
“Belum si, eh kenapa emang”
“Kuat juga ya. hehehe”
“Aku juga ga nyangka kalo ka-emhhh” dikecupnya lagi bibirku, kulumat balik bibir merahnya.
Tubuh kami yang sudah sama sama telanjang saling bertindih, tanganku tak
tinggal diam, berusaha menggapai gunung putihnya. Kuraba sekitar
pinggir dadanya, begitu kenyal, tak terlalu besar tapi menggairahkan.
Aku melepas ciumanku, sedikit mundur untuk sekilas memandang wajah Kiky
yang sendu, sayu. Aku masih melakukan panjajahan di sekitar payudara
Kiky. Dan ada cengkraman hangat yang kurasakan di area bawahku, kulirik
sekilas, ternyata tangan wanitaku sudah hinggap di penisku yang masih
setengah tiang.
Kiky mengarahkan penisku langsung ke kemaluannya. Sedikit demi sedikit
dituntunnya masuk sampai menyentuh dinding luar kemaluannya, aku
mendorong penisku masuk, “ssshhh Jhoooon . . .” Kiky, menggigit
pundakku. Aku yang terkejut tak sengaja menyentakkan penisku masuk, dan
“jleb. .” “heeeeghh. .” Kiky meggigit pundakku makin keras.
Kudiamkan sesaat di dalam kemaluannya. Meski sudah basah, entah kenapa
kemaluan Kiky masih bisa ‘menggigit’. Walaupun kemaluanku ukurannya
lebih kecil dibanding punya Azmi, tapi sensasi dari empotan vagina Kiky
tak tertahankan, aku tak bisa membayangkan bagaimana penis Azmi yang
menerobos masuk ke dalam sana.
Kiky melingkarkannya kakinya ke pinggangku, ku mulai menggenjot perlahan, keluar masuk.
Semakin bertambah durasi semakin cepat pula kurojok penisku, aku menahan
luapan birahi di dadaku, seakan mulai bergejolak. Aku sudah tidak bisa
mengontrol emosiku. Semakin cepat dan terus semakin cepat. Peluh dan
keringat membanjiri tubuh kami, beradu dengan erangan dan desahan dari
kami berdua.
“Stop Jhon. . !“ Kiky mendorong tubuhku menjauh, sambil tangannya
menahan dadaku. otomatis aku pun memajang wajah protes, ‘tanggung’
pikirku.
Lalu seketika Kiky merubah posisi, dia membalikkan tubuhku, dia berada
di atas dan aku berada di bawah. Woman on top. Dia duduk, menahan
tangannya di dadaku, dengan penis masih menancap mantap di vaginanya,
Kiky perlahan memaju mundurkan badannya, mulai bergoyang.
“Terusssh. . ky. . “ kali ini aku mulai meracau, baru ini aku tau, Kiky
juga sanggup memegang kendali. Dan hasilnya, racauan dan desahan keluar
dari bibirku.
“Jhon. . . “ Kiky terus memompa sembari merems sendiri kedua
payudaranya, pemandangan yang teramat indah untuk di sia siakan. Aku
memegang paha dan pinggul Kiky, menahan gempuran Kiky yang menjadi jadi.
Sekitar 10 menit berlalu , Kiky mulai tampak gelisah, goyangannya sudah
mulai kacau, tak sesuai dengan tempo di awal pergumulan tadi.
“Jhonnn akkkuhhhh mau ke keluaaaaarrrr”
“Aku jugaaaaa kyyyy. . . ssshhhh” kataku sembari menahan gejolak, ledakan dari
dalam penisku.
Dan “aaaaakhhhhh” aku dan Kiky berteriak hampir berbarengan melepaskan ribuan kenikmatan yang tertahankan.
Beberapa kali semprotan dan hentakan kami beradu, dan Kiky tertelungkup
di dadaku. kami mengatur nafas masing masing, memulihkan sisa sisa
pertempuran yang cukup melelahkan.
Aku merebahkan diri di samping Kiky yang sudah terpejam. Aku masih
memandang wajah Kiky, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi
barusan
Tiba tiba Azmi bangun, mencolekku dan ikut rebahan disampingku, “Jhon, udah? Enak ?”
Aku hanya mengangguk, “Kamu tau mi?”
“Aku tadi tidur, tapi ga pules, begitu denger krasak krusuk aku tadi
bangun, ngintipin kamu main sama Kiky, ternyata boleh juga gayamu Jhon.”
“Hahahaha,” aku hanya tertawa, lalu aku pun memejamkan mata sambil memeluk Azmi.
Ehm , maksutku memeluk Kiky.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar