Tetanggaku Gila Kontol


Setelah kupikir-pikir, rasanya aku tak percaya, bu Wina yang sudah setua itu, benar-benar gila. Maksudnya gila kontol. Kok bisa? Dia sudah punya tiga orang anak dan semua sudah menikah, sementara suaminya sudah lima tahun meninggal. Apakah ini disebut puber ketiga? Dalam usia 57 tahun, begitu mengebu-gebu pada seks? Tapi ini adalah sebuah kenyataan.

Aku kos di pavilyun rumahnya. Ada kamar mandi dan dapur kecil, sebuah kamar tidur ukuran 4 x 4 meter dan sebuah ruang tamu yang berukuran 3 x 4 meter. Di belakang ada pintu penghubung dengan rumah induk. Rumah induk memang sebuah rumah yang besar dan mewah.

Mulanya, aku hanya melihat tubuh bu Wina saat usai aerobic dengan penuh keringat. Saat dia buka jacketnya dan training-nya.
"Matamu nengok apa sih, Ton?" katanyahalus dan lembut, karean dia memang berasal dari Solo. Aku gugup. Saat dia tersenyum, baru kegugupan langsung berkurang. Sekenanya aku menjawab.
"Umur ibu bera sih?" tanyaku.
"Masih 15 tahun. Kenapa?" katanya bergurau.
"Aku kagum pada ibu. Tubuh ibu masih betul-betul bagus. Apa lagi paha dan buah dada ibu begitu padat," kataku. Setelah aku ucapkan baru aku sadar, kalau ucapanku bisa membuat susah. Kok aku berani betul mengucapkan itu.
"Semuanya masih bagus. Memek ibu juga masih bagus," katanya. Ah... selama ini aku mengetahui bu Wina selalu berkata-klata lembut dan penuh sopan-santun. Kok kali ini, begitu ceplas-ceplos? Sudah dua tahun aku kos di tempatnya itu, tak pernah bu WIna ngomong seperti itu.
"Bagaimana aku bisa tau, kalau memek ibu masih bagus?" kataku semakin berani dan ceplas-ceplos pula.
"Kalau mau bhukti, kamu boleh membuktikannya. Nanti malam, agtau sebentar lagi, sesudah ibu mandi. Sekrang masih penuh keringat," katanya. Aku jadi gelagapan. Apa iya bu Wina serius. Kalau serius, apa aku harus menolak dan ngentot dengan perempuan yang sudah nenek-nenek? Akhirnya aku putuskan, kenapa tidak dicoba saja. Sementara aku, setidaknya 3 kali ke tempat pelacuran. Nafsuku memang sangat besar. Setelah ke tempat pelacuran aku masih juga melancap.

Malamnya, pintu samping diketuk tiga kali. Tak mungkin orang lain, kalau bukan bu Wina. Mana ada orang lain di rumah itu. Saat kubuka pintu, benar bu Wina yang muncul.
"Sudah siap mau mengetahui, kalau memek ibu masih bagus?" tantangnya. Aku tersenyum. Kupersilahkan dia masuk. Begitu masuk dan aku menutup pintu, bu Wina langsung melepas dasternya, hinga dia telanjang bulat. Busyet.. begitu berani, bisik hatiku.
"Ayo kita mulai," katanya. Dia langsung memelukku dan mencium bibirku. Tentu saja aku membalasnya. Perlahan, bu WIna melepas semu apakaianku. Teteknya yang besar dan masih kenyal walau sudah kendur, dengan pentilnya yang hitam dan besar, membuatku semangat. Beda usia kami lebih dari 40 tahun, membuatku heran, kok kami bisa menggebu-gebu. Kami sudah bertelanjang bulat. Aku menyeretnya ke tempat tidur. Kutindih bu Wina dari atas. Dengan cepat tanganya menuntun kontolku ke lubang memeknya. Kami saling berpelukan dan aku mencucuk cabut kontolku dalam memeknya. Tak lama, bu Wina memelukku kuat sekali dan berbisik: "nak Anton, sudah dulu, ibu sudah sampai." Diamput, begitu cepatnya bu Wina orgasme. Aku menarik kontolku darilubangnya. Bu Wina langsung melapnya pakai sprei-ku. Nafasnya terengah-engah.

Sepuluh menit, bu Wina kembali memelukku dan mengisap-isap kontolku sampai tegang lagi. Kami kembali bercumbu dan saling memagut. Lidah kami berkaitan. Bu WIna kembali menuntunku agar berada di atas tubuhnya, lalu tangannya menuntun kontolku ke lubangnya. Blesss... kontolku cepat lenyap dalam lubangnya. Aku mulau memompanya sembari menciumi lehernya yang harum. Kira-kita lima menit kemudian, bu WIna memelukku erat sekali sembari menjepit kedua kakinya di pinggangku. Lalu melemas.
"Nak Anton... ibu sudah sampai lagi," katanya. Busyet!

Aku sangat kecewa sekali. Ibu setua ini, begiu cepatnya orgasme. Bu Wina tau kekesalanku. Aku sangat menikmati lubang Wina, terlebih saat dia hampir orgasme. Tak sampai tiga menit, bu WIna mengajakku lagi agaraku memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Cepat kutusukkan kontolku, karena memang masih berdiri. Kini aku tidak terlalu agresif, agar bu WIna tak cepat orgasme. Justru sebaliknya bu Wina yang agresif. Dia menjilati leherku dan mengulum-ngulum lidahku. Dia menggoyang dari bawah dengan cepat. Lubang yang penuh lendir itu berbunyi seperti air di kolam yang sedang dikucek-kucek Ah... bu Wina mengguman. Dia orgasme lagi. Aku tak mau mengeluarkan kontolku dari lubang memeknya. Kunam saja di dalam. Aku menunggu nafasnya kembali normal. Perlahan kujilati pentil teteknya yang hitam dan mengeras itu. Dua menit, setelah nafasnya normal, aku kembali mencucuk-cabut kontolku perlahan-lahan. Aku merasakan remasan pada kontolku dalam memek bu Wina. Uh... nimat sekali.
"Ayo cepat Ton," rengeknya. Aku mempercepat sedikit kocokanku dan kembali bu Wina menjepit pinggangku dengan kedua kakik\nya. Aku tahu sebentar lagi bu WIna akan orgasme. Busyet betul perempuan tua ini, begitu tahannya. Saat itu, aku tak mau membuang-buang waktu lagi. Kupercepat kocokanku dan kukonsentrasikan diriku agar aku juga orgasme. Benar saja. Aku berhasilkami sama-sama orgasme. Walau sebelumnya bu Wina sudah lemas, aku terus mengocoknya sampai akuorgasme. Bu Wina terengah-engah. Aku juga. Kami sama-sama lemas dan terbaring di kasur.

sepuluh menit kemudian aku ke kamar mandi untuka membersihkan kontolku dengan air. Bu Wina mengikutiku. Dia jugamencuci puki-nya dengan ari dan disabun. Kami kembali ke kamarku dan berbaring. Saat aku mau melayang karean kelelahan, aku merasakan, kontolku dikulum oleh bu Wina. Selama ini, aku pikir, aku adalah manusia terkuat soal seks. Ternyata...
Setelah kontolku berdiri dan keras, bu Wina langsung menaiki tubuhku dan menuntun kontolku memasuki lubang memeknya. Dia benar-benar duduk di atas tubuhku dengan kedua lututnya menumpu di kasur. Pantatnya dia goang goyang ke kiri dan ke kanan lalu berputar-putar. Hanya dua menit, dia pun mengerang.
"Akhhhhh....." Lalu dia lemas dan berbaring di sisi kiriku. Aku diam saja atas perlakuannya. Aku sudah tak perduli lagi, aku mau diapai juga biarkan saja. Pasti 10 menit kemudian, dia akan mau lagi pikirku. Kalau dia tak mau, aku akan tidur, batinku. Aku pun mulai melayang-layang mau tertidur. Saat itu, kembali lagi kontolku dikulum bu Wina. Aku biarkan saja. Belum keras betul kontolku, dia sudah memasukkannya ke dalam memeknya. Sampai akhirnya aku tertidur pulas.
Besok paginya aku terbangun, di kamarku tingal aku sendiri telanjang bulat. Aku langsung mandi. Begitu keluar dari kamar mandi, aku langsung dipeluk bu Wina.
"Aku mau kuliah bu..." kataku memelas.
"Sebentar aja nak Anton. di sini saja," katanya. Dia melepaskan handuk yang melilit tubuhny dan mengisapi kontolku. Setelah kontolku keras, Bu Wina langsung menungging dan wajahnya dia tempelkan ke meja makan dekat kamar mandi.
"Ayo dong, Ton. Masukin dong... dari tadei ibu sudah nunggu," katanya sembari mengangkangkan kedua kakinya. Aku menusuk lubang memeknya dari belakang dengan doggy style. Setelah kontolku terbenam, aku sengaja tidak mencucuk tarik. AKu benam terus sejauhm ungkin dan aku goyang-goyang saja di dalam. Aku menjilati pungungnya dan bahunya yang beraroma sabu mandi. Aku taku bu Wina sudah mengejan-ngejan, tapi aku tak mau melepaskan kontolku, walau dia sudah memohon, agar aku menarik dulu kontolku. AKu tak mau, kubiarkan saja kontolku di dalam dan memutar-mutarnya.
"Tolong dicabut dulu, nak," katanya memelas. Aku tak mau, kuperkuat pelukanku sampai akhirnya aku melepaskan spermaku. Kontolku melemas dan keluar sendiri. Langsung aku mencucuinya dan memasuki kamar untuk ganti pakaian.

Di kampus aku tak habis pikir. Bagaimana nanti kalau pulang kuliah, apakah bu Wina masih mengajakku? Dugaanku benar saja. Begitu aku memasuki pavilyun, bu WIna langsung mengetuk pintu. Saat aku buka pintu dia tersenyum manis. Aku balas senyumannya sekenanya saja. Aku langsung membuka pakaian dan berganti dengan celana pendek dan menghadap meja makan, membuka rantangan langgananku. Saat aku makan, bu Wina membuka celanaku dan mengisap kontolku dari lantai, karena aku duduk di atas kursi. Tentu sahja kontolku cepat keras. Setelah keras, bu Wina menaikkan dasternya (bu WIna tidak pakai celan adlam dan Bra), dia langsung naik ke kursiku dan mengangkangi kedua kakiku dan memasukkan kontolku ke memeknya. Benar-benar perempuan anjing, bisik hatiku. MNemang tak lama. Hanya 4 menit dia sudah turun karena sudah orgasme. Ku selesaikan makanku dan aku minum air putih.
Aku duduk di sofa.

"Sore ini kamu mau kemana, Ton?"
"Enggak kemana-mana, Bu. Aku kehabisan uang," kataku. Memang sudah tanggal 21.
Bu Wina langsung pergi ke rumah induk. Biarlah, pikirku. Dasar perempuan tua, mungkin mau minta uang. Untung aku bilang tak punya, pikirku pula. Eh.. tak lama dia masuk lagi. Busyet, pikirku.
"Nih..." katanya sembari menyerahkan seikat uang padaku. Rp. 10 juta,-
"Untuk apa bu," tanyaku.
"Untuk biaya hidupmu. Tapi tak punya uang," katanya. Aku tersenyum. Sejak saat itu, aku ak lagi membayar uang kos, bahkan setiap bulan aku diberi uang Rp. antara 10 sampai Rp 15 juta.
Aku pun mjulai menyusun strategi. Aku hanya pulang dari kampus setiap pukul 22.00 Wib. Terkadang aku tak pulang. Aku tak pernah lagi ke tempat pelacuran yang berbahaya. Kini aku sudah punya memek gratis dan tak pernah bosan menerima kontolku.
Justeru sebaliknya, aku yang kewalahan, karean terlalu letig melayaninya, sementara sang memek terus menerus memeinta.

2 komentar :

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  2. =================

    VIDEO - TERPANAS
    =================


    SELINGKUH


    MEMEK SERET


    KORBAN PERANGSANG


    SISWI SMU


    PERAWAT HANTU


    PELACUR


    PEMBANTU SEKSI


    ++++++ +++++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +++
    ++ ++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
    ++ +++++ ++ +++ +++++

    BalasHapus