Pemandu Wisata

Jenuh sekali rasanya dengan kemacetan di Jakarta dan pekerjaan rutin yang rasanya bikin perut mual. Aku berkhayal berkelana ke suatu daerah dataran tinggi yang masih asing bagiku. Di kantor aku mencoba membuka google earth menjelajah daerah-daerah yang kira-kira menarik. Pertama aku menelisik daerah Wanayasa di Subang, tetapi tidak ada yang menarik, hanya ada beberapa spot, tetapi kayaknya sih biasa-biasa saja.
Aku berpindah ke daerah antara Sukabumi dengan Cianjur. Ada situs megalitik Gunung Padang. Situs ini sering muncul di pemberitaan. Yang kuingat berita dugaan bahwa situs ini diduga berupa bangunan paling tua di Asia.
Sebetulnya mengunjungi situs megalitik, tidak terlalu menarik bagiku, apalagi untuk datang kesana harus menaiki jalan undak-undakan yang cukup tinggi. Namun ada yang menarik di sekitar Situs Gunung Padang. Di sana ada terowongan kereta api yang dibangun Belanda di akhir tahun 1800 an. Terowongan panjang lebih dari 400 m dengan stasiun kecil Lampegan. Terowongan dan stasiun yang tidak terpakai cukup lama itu juga sudah menjadi daya tarik wisata.
Namun rasanya kurang menarik bagiku untuk jauh-jauh datang hanya melihat terowongan dan stasiun. Setelah googling aku banyak menerima informasi mengenai situs Gunung Padang dan Lampegan. Boleh juga rasanya ada dua obyek wisata untuk menjadi tujuan wisata. Di peta Goggle muncul pula foto air terjun Cikondang. Air terjun itu kelihatannya cukup menarik. Wah 3 obyek wisata untuk sekali perjalanan wisata, rasanya cukuplah memadai.
Otakku berproses sesuai dengan pengalaman dan minatku. Jika di tahun 1879 – 1882 pembangunan terowongan Lampegan, pastilah banyak orang Belanda yang terlibat pada pekerjaan konstruksi itu. Pasti mereka tinggal di daerah sekitar proyek. Dan rasanya Belanda tidak akan berani membawa istri ke proyek yang pada waktu itu berada di pelosok hutan. Sebab sekarang saja letaknya kelihatan cukup jauh dari jalan raya Sukabumi-Cianjur.
Logikanya pastilah orang-orang Belanda dulu nyikat cewek-cewek kampung di sekitar Proyek. Pada waktu itu mana ada yang peduli kalau ngewek harus menjaga agar ceweknya tidak sampai hamil. Yang penting puas negcrot ya sudah. Bisa jadi akan ada orang-orang yang keturunan bule campur wanita sunda. Jika benar, maka yang sekarang ada itu adalah mungkin keturunan generasi ke tiga atau bahkan ke empat.
Informasi ini tidak aku dapat dari pemburuan melalui googling, jadinya bikin penasaran. Jadilah tujuan wisata itu makin menarik minat. Siapa tahu bisa ketemu cewek indo di kampung pedalaman Jawa Barat.
Untuk berkelana sendirian rasanya kurang nyaman. Aku mengajak temanku sebut saja Bambang, Aku memanggilnya Mas Bambang, padahal dia juga memanggilku Mas, mas Jay. Usianya memang lebih muda dariku.
Setelah bersepakat, aku ambil cuti 2 hari, Kamis-Jumat. Pagi-pagi sekali kami berdua berangkat langsung ke Cianjur. Aku menghindar pergi ke sana pada hari Sabtu atau Minggu, karena hanya boros-boros energi, dan uang dengan kemacetan jalur puncak.
Sedikit kujelaskan mengenai teman seperjalananku ini, dia agak punya keistimewaan soal indra ke enam. Memang tidak tajam-tajam amat, tetapi beberapa kali cukup terbukti dengan dugaannya. Soal lain kami berdua sama-sama suka berburu wanita cantik.
Hampir 4 jam juga akhirnya kami sampai ke jalan lintas antara Cianjur – Sukabumi. Kami berhenti di satu warung yang sangat sederhana di tepi jalan raya. Bukan untuk makan, karena sejam lalu sudah makan cukup kenyang, tapi untuk sekedar ngopi dan menggali informasi.
Enak sekali rasanya ngopi sambil nyedot asap rokok di daerah yang udaranya sejuk begini. Bambang tiba-tiba bangkit berjalan ke tepi jalan raya. Aku tidak sempat bertanya, hanya mengikuti dengan pandangan saja. Dia terlihat menghampiri seorang wanita yang kelihatannya sedang menunggu kendaraan umum.
Mereka kelihatan ngobrol sebentar, lalu wanita itu ikut Bambang berjalan menuju warung. Kelihatannya ceweknya cukup bening, umurnya sekitar 25 – 30 tahun agak tinggi, kulit putih dan rambut kelihat kayak dicat coklat. Setelah agak dekat aku baru agak jelas melihat raut wajahnya, yang lumayan cantik juga.
“Kenali mas,” Bambang mengenalkan wanita itu ke aku. Si cewek mengulurkan tangan dan aku segera menyalaminya. Rasanya lembut sekali tangannya. Dia menyebut namanya Wieke. Ketika kutawari minum dia menolak, eh malah minta izin ke pemilik warung mau ke WC.
Ketika dia berlalu, aku penasaran dengan rencana si Bambang. Dia dengan semangat menjelaskan bahwa, Wieke ini berhasil dibujuk Bambang agar menjadi penunjuk jalan untuk mencapai obyek wisata yang akan dituju.
Harus aku akui, Bambang cukup cerdas, dan mungkin sixth sense nya tadi bermain. Perjalananku bakal makin menarik dan menantang. Wieke duduk di depan mendampingiku mengemudi, Bambang pindah ke belakang.
“Mau kemana tadi Wiek,” tanyaku.
“Mau jalan aja,” jawabnya.
Jawabannya itu menimbulkan kecurigaanku, karena jawaban seperti itu sering dikemukakan cewek-cewek yang cari mangsa di Puncak. Aku harus memastikan apa profesinya, kalau dia jualan, aku agak malas juga lah.
“Mau jalan kemana,” tanya ku.
“Ya jalan aja, di rumah stress,” katanya singkat.
“Lho kok stress, emang kenapa,” tanyaku dengan rasa ingin tahu tanpa tedeng-aling-aling.
Akhirnya dia bercerita mengenai keadaan rumah tangganya yang terpuruk sejak dia ditinggal oleh suaminya yang menghilang begitu saja sejak usahanya bangkrut. Wieke kembali ke kampung bersama anak nya berumur 2 tahun tinggal di rumah orang tuanya.
Mencari kerja tidak ada yang cocok, mulai mejadi spg sampai bekerja di restoran, hasilnya tidak memadai, karena sebagian besar habis untuk ongkos dan lebihnya untuk di rumah hanya sedikit. “Ada sih yang ngajak untuk kerja gituan, tapi saya ogah, takut kena penyakit,” katanya terus terang.
“Lha sekarang kenapa stress,” tanya saya memancing.
“Gimana gak stress, duit gak ada, gak tau mau cari kemana, listrik di rumah belum dibayar, cicilan motor udah 2 bulan nunggak, utang di warung banyak,” katanya sambil berbicara menahan tangis.
Untuk menetralkan suasana aku bertanya mengenai arah jalan. Dia menunjukkan jalan, bahkan hafal benar dengan jalan yang rusak. Rupanya dia memang berasal dari daerah Cibokor, tempat dimana yang aku duga banyak keturunan Belanda.
Wieke membenarkan bahwa di kampungnya memang benar banyak orang yang keturunan Indo. Tapi dia tidak bisa menceritakan kenapa dikampungnya banyak cewek-cewek indo yang padahal asli lahir dan besar di kampung itu dan lahir dari keluarga Sunda. Dia mengaku juga bahwa mungkin dia juga keturunan Indo.
Aku mencoba mengorek informasi mengenai tujuan wisataku. Dia mengatakan, situs Megalitik memang banyak yang berkunjung, terutama pada hari libur atau minggu. Menurut dia, tujuan wisata itu kurang cocok untuk kami, karena akan melelahkan mendaki sampai ke puncak yang disebut teras-teras. Namun untuk foto-foto masih cukup bagus.
Kami tiba di terowongan Lampegan. Terowongan yang bersejarah ini agak kurang menarik karena banyak corat-coret grafiti. Dalam perjalanan menuju Lampegan kami meliwati kampung yang disebut banyak perempuan cantik keturunan indo. Sebetulnya aku ingin berhenti sejenak untuk ngopi, tapi Wieke mencegah, karena dia beralasan malu, sebab banyak yang dikenal di kampung itu.
Dari Lampegan perjalanan diteruskan ke Gunung Padang. Situs yang dipenuhi oleh bertaburan batu-batu purbakala itu masih dalam proses penggalian, sehingga bentuk bangunan sesungguhnya seperti apa, belum bisa dibayangkan.
Kami ambil beberapa foto, dan menjadikan Wieke menjadi modelnya. Orangnya cukup supel, dan wajahnya cukup photogenic, pandai bergaya pula. Sejam lebih kami habiskan mengitari situs Gunung Padang, lalu kami meneruskan perjalanan ke air terjun Cikondang. Orang Sunda menyebut Curug Cikondang.
Perjalanan cukup jauh juga dan jalannya banyak yang masuk klasifikasi off road . Untung mobilku SUV, sehingga mudah melahap jalan tanah yang berbatu-batu. Sesampainya di dekat air terjun perjalanan tidak bisa dilanjutkan karena buntu. Kami harus berjalan kaki sekitar 1 km. Air terjun sudah terdengar dari jauh. Cukup terbayar jalan rusak dan berjalan kaki 1 km dengan pemandangan air terjun yang cukup menakjubkan.
Waktu sudah semakin sore, jam di tanganku sudah menunjukkan jam 5 sore, jika pulang ke Jakarta bisa dipastikan akan sampai tengah malam. Aku memang sudah berencana akan bermalam. Aku lantas berpikir bagaimana caranya menanyakan kemungkinan ngajak nginap si Wieke. Persoalan berikutnya adalah, sama siapa si Wieke akan tidur, andaikan dia mau ikut nginap.
Pusing juga memikirkan cara menyampaikan hasrat. Aku berhentikan kendaraaan lalu mencabut 2 ratus ribu dan ku serahkan ke Wieke. Itu adalah upah dia sebagai pemandu. Diterimanya dan wajahnya terlihat senang betul.
Dalam suasana seperti itu, aku langsung melancarkan niatku mengajaknya menginap di Sukabumi. Wieke terdiam sejenak, sepertinya dia sedang berpikir. Akhirnya dia setuju ikut kami menginap. Satu persoalan sudah teratasi, persoalan berikutnya menunggu jawaban.
Aku meminta dia mengajak seorang temannya untuk ikut menginap, agar menjadi dua pasang. Wieke terdiam sejenak. “Temen saya banyak, kang,” katanya.
“Ada fotonya ? Di HP mu,” tanya ku.
Wieke lalu membuka foto-foto yang tersimpan di Hpnya, Sambil mobil terus berjalan dia menunjukkan sekitar 3 orang temannya. Aku minta si Bambang untuk memilihnya. Bambang memilih foto yang cukuk cantik, malah lebih cantik dari si Wieke, rambutnya juga rada pirang. Wieke mencoba mengontak. Aku tau yang diajak berbicara adalah Neneng, karena Wieke menyebutnya Neng.
Kelihatannya si Neng mau diajak nginap. Menurut Wieke, Neng juga janda, umurnya sedikit lebih muda, dan baru punya satu anak sekarang sudah sekolah di SD. Neng kawin muda, lalu cerai karena suaminya ketahuan punya simpanan.
Si Neng menunggu di minimarket. Sekitar jam 7 kami sampai di titik yang dijanjikan , tapi Neneng belum kelihatan batang hidungnya. Ketika di kontak Wieke, neng sedang dalam perjalanan naik ojek dari rumahnya. “Kang si neng gak punya duit, untuk bayar ojek, makanya dia nunggu kita nyampe dulu di sini, akang bayarin ya ojeknya,” kata si Wieke.
Menurut Wieke ojek si Neng sekitar tiga puluh ribu. Pantas saja dia belum muncul, karena kalau dia datang duluan, duit untuk bayar ojeknya dia gak punya. Kehidupan di kampung kelihatannya memang berat sekali.
Aku sempat menyeduh kopi, karena kebetulan mini market ini menyediakan alat penyeduh kopi dan ada bebera set kursi dan meja. Sekitar 15 menit kami menunggu, muncul sepeda motor dengan seorang perempuan duduk di belakang. Wieke yang sudah kupegangi uang 30 ribu langsung mendekati tukang ojek untuk membayarnya.
Neneng memang cantik juga, wajahnya segar rambutnya tergerai melebihi bahunya. Aku sudah sepakat dengan Bambang, bahwa aku berpasangan dengan Wieke dan Bambang dengan si Neng. Jika memungkinkan besok di swing.
Si Neng lebih ceriwis, dia banyak berbicara dengan logat khas Sunda. Sesampai di Sukabumi aku mengarahkan ke Salabintana. Dua buah cottage kami sewa. Unit yang tersedia tidak ada yang berdekatan, sehingga kami terpisah jauh. Unit cottage, cukup mewah, dengan ruang tamu terpisah dengan ruang tidur dan ada pantry untuk memasak.
Badan terasa lengket oleh bekas keringat. Aku berencana mandi. Di kamar mandi ada shower dan setelah kuperiksa memang tersedia air panas. Sayang tidak ada bak untuk berendam.
Wieke yang duduk menonton TV kuajak mandi bareng. Tanpa malu-malu aku minta dia memandikanku. “ Ih si Akang udah kolot juga masih minta dimandiin,” katanya
Namun begitu dia berdiri juga dan merangkulku menuju kamar mandi. Aku bertahan sejenak, karena sebelum masuk kamar mandi aku menyarankan agar masing-masing membuka baju agar bisa digantung di lemari. Gantungan di kamar mandi terbatas.
Si Wieke paham, lalu dia membuka bajuku dengan menarik kaus oblongku, lalu singlet, melepas sabuk dan menurunkan resleting. Di balik celana dalam sudah mengeras sebongkah urat. “Idih senjata udah dikokang aja tuh.” kata Wieke.
Tanpa ragu celana dalamku dilepasnya sekalian, sehingga penisku langsung tegak mengacung. Digenggamnya sejenak. Rasanya nikmat.
Berikutnya giliran Wieke melepas satu persatu pakaiannya sampai telanjang bulat. Tubuhnya masih bagus, kulit putih di sekujur tubuhnya nyaris tanpa noda dan cacat. Putingnya coklat muda, rambut di selangkangannya jarang, bahkan dapat dikatakan gundul. Bentuk memeknya jadi terlihat jelas cembung.
Teteknya masih cukup tegak berdiri, ukurannya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak dapat digolongkan kecil. Perutnya kecil, meski masih tersisa bekas stretch ketika hamil dulu, pantatnya agak nonggeng.
Wieke termasuk tinggi, bedanya dengan ku mungkin hanya sekitar 5 cm. Kutaksir tingginya sekitar 170 cm. Kami berdua berangkulan menuju kamar mandi. Setelah ritual gosok gigi dengan sikat dan pasta gigi yang disediakan hotel, kami berdua lalu berbasah ria di bawah shower. Nikmat sekali rasa air hangat, apalagi sambil berpelukan dengan cewek yang cantik.
Tegangan penisku dari tadi tidak kendur, sehingga ketika disabuni tetap berdiri tegar. Wieke nakal, dia mengocok penisku membuat dia makin keras dan garang. Setelah sekujur tubuh kami bersih dan wangi. Wieke jongkok lalu menghisap penisku. Aku bagai melayang ke angkasa merasakan nikmat. Dia tidak menuntaskan sampai spermaku muncrat.
Dengan dua handuk kami mengeringkan badan, rasa lelah dan lesu seketika hilang, yang ada tinggal nafsu. Wieke menawariku untuk memijat, Aku memang suka dipijat, tetapi dalam keadaan tegang begini, aku memilih untuk melampiaskan birahiku dahulu.
Wieke setuju. Dia kuminta berbaring telentang dan aku menciumi sekujur tubuhnya menghisap kedua putingnya bergantian meremas teteknya yang mengkal, lalu mengobok-obok celah memeknya. Sudah berlendir celah vagina di bawah sana.
Aku berpindah melakukan oral di kemaluannya. Kemaluan Wieke agak unik, karena bibir dalamnya agak panjang sehingga aku bisa menjewerkan. Warnanya tidak seperti kebanyakan cewek indonesia yang umumnya berwarna gelap atau cenderung berwarna ungu tua. Milik Wieke yang seperti jengger itu berwarna merah agak gelap.
Aku mengecup kedua bibir panjang itu dan menggigit dengan kedua bibirku lalu menariknya. Dengan sentuhan itu saja Wieke sudah kelojotan nikmat, padahal itilnya belum tersentuh lidah. Banjir di lubang vaginanya makin banyak. Bulatan itilnya menonjol keluar dan terlihat mengkilat berwarna merah. Ketika kusapu dengan lidahku, Wieke langsung menggelinjang. Aku sedot sekuat-kuatnya, sehingga clitorisnya tetarik keluar. Bentuknya seperti kepala penis hanya saja ukurannya kecil. Aku menjilati, mengulum dan menghisapnya sampai akhirnya dia mencapai orgasme.
Wieke termasuk cepat mencapai orgasme. Setelah orgasmenya selesai aku memasukkan jari tengah dan jari manis ke dalam celah vaginanya lalu perlahan-lahan. Mengocoknya. Awalnya dia tidak menunjukkan reaksi, tetapi beberapa menit kemudian dia mulai mengerang dan suaranya makin lama makin keras sampai akhirnya dia berteriak mau pipis, “ Kang aku kebelet pipis, aduuuuuh gak tahan, aduh- aduhhhhhh,” dan serrrr memancar cairan dari celah vaginanyanya, Pancaran cairan itu cukup deras, seperti air kencing, dan memancur sekitar 3 kali dengan gelombang orgasme.
Aku biarkan dia menikmati orgasmenya yang bergelombang sampai sekitar 7 kali. Setelah itu aku kocok lagi dan baru 3 menit dia berteriak lagi mau pipis sehingga tangannya menutup memeknya untuk mencegah pancuran.
“Aduh kang aku lemes banget nih di kerjain begini,” katanya
Tanpa menghiraukan kata-katanya aku langsung mengambil posisi diantara kedua kakinya yang mengangkang dan menghunjamkan penisku yang sudah dari tadi minta jatah. Perlahan-lahan aku benamkan ke liang vaginanya. Terasa cukup menggigit dan ada denyutan-denyutan di dalamnya. Aku memompanya dengan gerakan konstan mengikuti erangannya. Sekitar 5 menit aku merasa sudah hampir sampai pada garis finish. Aku berencana menarik penisku keluar, tetapi badanku di rangkulnya ketat sekali dan kakinya juga ikut mengunci sehingga aku tidak bisa bergerak. Ternyata dia dia juga mencapai orgasme.
Badan kami lemas dan peluh membasahi seluruh tubuh. Rasa dingin di Salabintana sama sekali tidak terasa. Aku menanyakan mengenai kesanggupannya tadi akan memijatku. Wieke merasa badannya lemas dan matanya ngantuk sekali.
Dalam keadaan masih telanjang Wieke sudah pulas tertidur pada posisi telentang. Dia tidak menghiraukan keadaan dirinya dan apa yang aku lakukan. Nyenyak sekali tidurnya. Iseng-iseng aku ambil foto dirinya yang sedang telanjang. Aku ambil dari berbagai poisisi, sampai kepada close up memeknya. Bahkan penisku ku tempelkan di mulutnya lalu kuambil foto close up wajahnya dengan batang penis di sisi mulutnya.
Lama-lama aku jadi terangsang dan penisku bangun lagi. Aku bersihkan memeknya dari lendir sperma ku dan lendir dari memeknya. Tidak hanya aku seka dengan handuk basah, tetapi sempat juga aku basuh dengan sabun sampai bau memeknya wangi sabun.
Wieke masih pulas tertidur. Aku renggangkan pahanya dan aku tiarap dengan mulut mengarah ke memeknya. Bau wangi sabun memberi kesan memeknya bersih. Aku menjilati liang memeknya, terutama menjilati lipatan tempat itilnya tersimpan.
Lidahku merasa, itilnya mulai berkembang sehingga agak keras menonjol rasanya. Wieke terbangun. Dia memegangi rambutku dan meremas-remasnya. Nikmat mulai menjalari tubuhnya sehingga dia mulai mendesis-desis. Lubang vaginanya mulai basah lagi dengan lendir pelumas senggama. Tiba-tiba tangannya menekan kepalaku ke memeknya dan dia mengerang nikmat karena orgasmenya. Mulutku merasakan kedutan permukaan memeknya. Cairan vaginanya makin banyak.
Aku bersimpuh di antara kedua kakinya dan memasukkan jari tengah dan jari manisku. Sementara tangan kiriku bekerja di vaginanya, tangan kananku mengambil video melalui HP. Tangan kiriku terus aktif mengocok memek. Wieke mulai mengerang menadakan kinikmatan mulai menjalari tubuhnya. Kamera HP ku sudah running. Tidak berapa lama kemudian , Wieke berteriak, karena orgasmenya sementara itu dari celah memeknya memuncrat berkali-kali cairan yang agak kental dan bening.
Aku puas karena bisa membuat Wieke mencapai orgasmenya sampai ejakulasi, dan semua itu terekam dengan baik di kamera HP ku. Aku melanjutkan pekerjaan dengan menyusupkan penisku kedalam celah yang sudah berpelumas. Penisku terasa lebih terjepit, karena otot dinding vaginanya berkembang dan semua bagian vaginanya memuai. Sensasi dijepit vagina yang usai orgasme rasanya nikmat sekali.
Aku lalu menggenjot perlahan-lahan dengan posisi MOT. Lima menit aku bekerja di atas membuat ku lelah. Aku minta dia berganti posisi. Kami berguling sambil kedua kelamin kami tetap menyatu.
Wieke bergerak dituntun oleh nafsunya. Dari posisi tengkurap menindihku dia berubah bangkit duduk bersimpuh diatas kontolku dan terus bergerak liar. Dia mengatus sendiri gesekan penisku di dalam vaginanya, sehingga akhirnya dia finish lebih dulu dan penisku terasa seperti disiram air hangat. Rupanya dia ejakulasi lagi.
“Aduh kang saya lemes banget, akang mainnya hebat banget sampai aku muncrat. Seumur-umur aku belum ngalami memekku sampai muncrat,” kata Wieke.
Aku melanjutkan permainan dengan berganti posisi di atas sampai akhirnya aku mencapai kepuasan. Badanku terasa lelah sekali, sehingga aku yang tertidur lebih dahulu.
Pagi-pagi sekali ketika aku terbangun, Wieke sudah membuatkan segelas kopi dari complimentary hotel. Aku masih telanjang, tanpa mempedulikan ketelanjanganku aku duduk di kursi lalu menyeruput kopi hangat.
“Idih akang malu atuh, barangnya keliatan kemana-mana” ujar Wieke.
Dengan manjanya dia duduk dipangkuanku. Kata dia selama bersamaku dia merasa sangat nyaman, lupa dengan persoalan yang dihadapi. Wieke kusuruh mengambil tas kecil ku yang tergantung di kursi.
Aku mengambil 10 lembar dolar AS yang masih mulus, kuberikan ke Wieke. Dia menerimanya dan wajahnya terkesan heran. “Akang ini uang apaa an, saya mah gak ngarti, belum pernah pegang yang beginian,” katanya.
Udah simpan saja, jangan sampai terlipat dan kusut.
“Aku mau kasih lagi, tapi ada syaratnya,” kataku.
“Ntar dulu akang, ini berapa sih,” tanyanya penasaran.
“Gak banyak sih, tapi kalau untuk beli motor matic sudah cukup,” katanya.
“Hah yang bener aja, serius ini bisa untuk beli motor,” katanya takjub.
“Naon tuh syaratnya, saya mah mau ajah kalau ditambah,” katanya berbunga-bunga.
“Kamu harus bujuk si Neng supaya dia mau ama saya dan kamu main sama temen saya,” kataku tanpa basa-basi.
“ Idih akang, emangnya main sama saya belum cukup ya,” katanya merajuk.
“Abis ngrasain pepes ayam, kan pengin juga ngrasai pepes ikan mas,” kataku.
“Aduh gimana ya, saya bingung tuh, mau duitnya tapi ngomongnya ke Neng itu yang saya malu,” katanya.
“Yah terserah, mau tambah, apa cuma segitu aja,” kataku.
“Aduh si akang mah ayak-ayak wae” katanya.
Dia mengambil HP nya, kelihatannya dia mengontak Neng. Dia berbicara bahasa Sunda dengan nada rada-rada kikuk.
“Kang si Nengnya mau tuh, tapi saya mah disini aja, boleh gak,” Wieke menawar.
“Yah tambahannya batal dong,” kataku.
“Ih si akang mah susah dilawan kemauannya,” katanya.
Tidak lama kemudian pintu kamarku diketuk. Wieke langsung membukakan. Si Neng dengan tampang segar, yang kelihatannya dia baru selesai mandi. Kami ngobrol sebenar, lalu Wieke minta diantar ke kamar si Bambang.
Neneng kelihatannya lebih sekel dan wajahnya lebih sensual, karena bibirnya tipis dan hidungnya mancung.
“Gimana teman saya neng,” tanya saya.
“Barangnya gede banget, sakit, mana mainnya lama lagi,” kata Si Neng yang ternyata ceplas ceplos.
“Enak dong dapat yang gede dan mainnya lama,” kataku.
“Ah sakit, yang ada, Neng gak ngrasa nikmat,” katanya.
“Wiek tadi ngomong si akang mainnya pinter, sampai dia kecapean. Kata Neng dia ketagihan main sama akang tuh, emang mainnya gimana sih kang,” kata Neng.
“Neng masih kuat main lagi” tanya ku.
“Ah Neng mah kuat aja, asal gak sakit, orang tinggal ngangkang doang, akang tuh apa masih bisa berdiri, kan tadi malam katanya bertempur abis-abisan.” kata Neng yang memang asli ceplas-ceplos banget.
“Ya kita buktikan aja, neng buka deh bajunya abis itu bukain baju akang.” kataku.
Tanpa menunggu lama, dia mulai melolosi satu persatu bajunya sampai bugil. Teteknya lebih besar dan masih tegak. Jembutnya jarang-jarang, pantatnya tonggek, dan pahanya tebal, sehingga selangkangannya rapat.
Bodynya sangat sexy dan mendekati sempurna, mana kulitnya putih pula. Aku jadi ingin memotretnya sebagai model. Ketika kuminta untuk ku foto dalam keadaan bugil, Neng sama sekali tidak menolak, “ Sok tuh kang, emangnya saya bagus di foto telanjang gini.”
Aku mengambil kamera SLR di tas dan menyulap kamarku menjadi seperti studio. Neneng kelihatannya tahu berpose untuk diambil fotonya. Aku menjepret dengan kamera HP juga sebagai cadangan. Dari mulai pose yang biasa-biasa saja sampai bergaya seperti bintang porno dengan mengekspos memeknya. Lebih dari 100 jepretan sampai aku berkeringat.
Puas memfoto, aku minta dia berpose dengan penisku. Tanpa ragu dia melumat penisku dan bergaya untuk diambil fotonya. Setelah berbagai sudut, aku mengarahkan dia menduduki penisku. Dengan posisi jongkok, dimana penisku setengah berada di dalam liang vaginanya aku mengambilnya beberapa shoot.
Anehnya dia sama sekali tidak malu, curiga atau ingin tahu bagaimana fotonya. Dia cuek saja. Wajahnya memang photogenic, sehingga tampil di foto jauh lebih cantik dari aslinya. Dia pintar mengatur mimik wajahnya, sehingga tampilan gambarnya seperti model profesional. Selain itu bodynya mendukung sekali, karena tubuhnya dengan tinggi 165 berpinggang kecil dan berpinggul besar.
Aku kecapean mengambil begitu banyak shoot. “Udah kang, cape ya , sini saya pijetin, katanya.
Aku jadi teringat semalam minta dipijat Wieke, tapi dia tepar . Dengan senang hati aku langsung mengambil posisi tengkurap. Kami berdua sejak tadi memang sudah bugil, sehingga aku dipijat juga berdua bugil.
Lumayan juga pijatannya. Yang menambah nikmat bukan hanya pijatan, tetapi ketika dia menduduki pantat dan pinggang ku terasa memeknya menempel ke tubuhku. Setelah bagian belakang tuntas, aku berbalik dan dia mulai memijat bagian depanku. Penisku sudah siaga pula dengan tegak mengacung. “Ini akang punya ukurannya pas gak terlalu besar, jadi kalau masuk ke memek gak nyakitin,” katanya sambil memainkan penisku.
Ketika memijat dadaku dia menduduki penisku. Sengaja dia tidak memasukkan ke lubang vaginanya, tetapi penisku diposisikan dijepit oleh belahan memeknya, sehingga ketika dia memijat dia melakukan gerakan maju-mundur. “Enak deh rasanya itilku ke jepit gini,” katanya.
Bagian kaki dilakukan terakhir, Dia cerdas juga karena memijatnya dengan posisi menunggingiku, sehingga seluruh bagian memeknya menjadi pemandanganku, mana dia sengaja agak nungging.
Aku jadi tidak sabar lalu di baringkan tubuhnya dan aku langsung menyerbu memeknya untuk aku jilatin. Neneng langsung mengerang-meski lidahku belum menjamah itilnya. Ketika itilnya kumainkan dia mulai kelojotan dan tubuhnya mengejang-ngejang. Itilnya makin lama makin keras menonjol. Memek Si Neng lebih rapi dibanding Wieke, karena bibir dalamnya tidak menggelambir.
Dia menjerit sepuasnya ketika mencapai orgasme. “ Aduh gila, jilatan si akang maut banget, sampai Neng rasanya mau mati saking enaknya” kata dia.
Aku melanjutkan dengan melakukan kocokan dua jari ke memeknya. Seperti Wieke tadi, tangan kiriku bekerja di memek, tangan kananku membidik dengan kamera HP. Mungkin hanya 2 menit Neng sudah kelojotan dan menjerit lebih keras, sambil memeknya memancarkan tembakan berkali-kali.
“Aduh maaf- maaf, neng tadi sampai terkencing-kencing gak ketahan, abis enaknya luar biasa, nih badan neng jadi lemes banget deh, “ katanya.
“Ini si akan belum main Neng udah lemes, gimana kalau nanti diembat ya,” kata Neng.
Aku langsung mengambil posisi menindih dan tangan neng dengan cekatan mengarahkan penisku memasuki lubang kenikmatannya. Perlahan-lahan penisku menerobos masuk. Memek Si neng rasanya agak lebih legit. Mungkin karena cairan pelumasnya lebih kelat. Jadi rasanya lebih lengket dan ketat.
Aku memompa dengan gerakan tidak terburu-buru sambil mencari gesekan di G-spotnya. Posisi yang memberi kenikmatan si Neng aku dapatkan melihat dari respon dan erangannya. Aku bergerak stabil dan konstan. Tidak sampai 5 menit Neng sudah mencapai puncaknya dan bersuara seperti orang menangis sambil memelukku erat sekali. Penisku terasa seperti dikompres air hangat, serta dipijat dengan ritme yang senada dengan gerakan tubuhnya.
“Aduh Neng baru percaya apa yang dikata si Wieke, si Akang mainnya enak banget, sampai bikin cewek lemes begini. Ini rasanya eneng gak kuat berdiri, kontolnya digimanain sih kok bisa enak banget, ngeganjel memek sampai rasanya enak banget,” kata Neng yang birbicara sambil menutup mata.
“Ngantuk neng,” tanyaku.
Dia menjawab dengan hanya menganggukkan kepala.
Aku belum klimaks sehingga aku perlu menuntaskan pekerjaanku. Si neng kembali aku genjot dan menjelang aku mencapai puncak, si Neng ribut minta aku menunggu dia karena dia juga katanya hampir, “ aduuhhhhhh, adduuuuuh, nenng mau nyampai, jangan di berhentikan dulu.” Aku tidak peduli kecuali makin cepat menggenjot. Kami finish hampir bersamaan, mungkin bedanya 1 detik lebih dulu aku baru disusul Neng yang merangkulku erat sekali. Spermaku memenuhi liang senggamanya. Aku membiarkan sampai penisku menyusut dan keluar dengan sendirinya.
“Edan kang, bener-bener bikin cewek ketagihan kalau diewek ama si akang,” kata Neng
Selepas pertempuran pagi itu, kami mandi bersama. Si Neng mandi lagi dan keramas lagi. Badanku segar, tetapi perut lapar. Neng mengontak Wieke, yang ternyata mereka sudah lebih dahulu selesai.
Kami mencari makan pagi setengah siang di Sukabumi. Makanan Sunda dengan ikan dan lalapan memang tepat sekali untuk perut yang sudah sangat lapar.
Di tengah kami asyik menikmati hidangan, Bambang mendapat telepon yang mengabarkan orang tuanya masuk rumah sakit. Dia dengan berat hati izin mendahului pulang ke Jakarta. Sementara itu aku masih berencana untuk mengeksplor pantai Selatan.
Lewat tengah hari kami sampai di pantai. Suasana tidak terlalu ramai, malah cenderung agak sepi. Kami bertiga menyusuri pantai sampai jauh sekali dari titik awal. Tidak ada seorang pun kami bertemu orang, karena kawasan pantai ini sudah di hutan. Pantainya agak menjorok ke dalam sehingga seperti tersembunyi.
Ide gilaku muncul lagi. Aku minta mereka berpose telanjang di pantai dan di dalam hutan. Mereka tidak menolak alias oke-oke saja. Dua cewek sekaligus aku foto dengan latar belakang pantai, dan ada yang di dalam semak hutan. Di dalam hutan itu ada sungai kecil yang jernih, menambah keindahan latar belakang fotoku.
Selesai berfoto ria, kami kembali ke mobil dan mengarah ke Ujung genteng untuk menginap semalam di sana. Malam itu kami mengumbar nafsu lagi dengan bermain three some. Malam itu aku hanya sempat main dua ronde, karena badanku sangat lelah.
Setelah sarapan sejenak kami bertolak kembali. Aku tawarkan ke dua cewek ini untuk menemaniku ke Jakarta. Mereka tadinya ragu, karena tidak mempunyai baju ganti. Setelah aku tawari nanti beli haju di Jakarta, mereka dengan senang hati mau ikut ke Jakarta.
Sore sebelum gelap kami sudah sampai ke Jakarta. Aku langsung mengarahkan ke dept store di Senayan City. Lama sekali mereka celingak-celinguk, bingung mau menentukan pilihan. “Kang bajunya sih bagus-bagus, tapi harganya kok gak kira-kira mahalnya, sayang atuh kang, kita cari yang rada murah aja yuk, saya mah sayang-sayang atuh duitna, ' kata si Neng.
Aku berpindah ke Melawai Plaza. Mereka merasa cocok dengan model dan harga baju di situ. “Ini baru cocok, disini bisa dapat 3-4 baju di tempat tadi cuma dapat sepotong doang,” kata Neng.
Aku menyewa hotel yang bawahnya ada mallnya hampir seminggu. Sementara itu aku pulang kerumah.
Hubungan ku dengan mereka berdua berlanjut, karena mereka kini bekerja untukku memegang outlet yang aku beli waralabanya. Wieke mengomandani outlet fashion sedang Neneng mengepalai outlet restoran.***

Sepupu Minta Pijat

Namaku Al,23tahun aku seorang mahasiswa d salah satu universitas swasta d kota J,aku tinggal bersama sepupuku dan suaminya,maklum kampungku lumayan jauh,,,
Ceritanya terjadi april 2011,mataku terbuka melihat jam yg terletak di dinding kamar,ternyata sudah pukul 10 pagi,telat neh ngampus,aku mendekati sepupuku yg sudah bersiap2 mw pergi,
Kak,,kok tidak membangunkanku???
Lah,,kan kamu ga bilang,lagian kamu juga ga mengaktif kan alarm,,,kenapa telat lagi??
Iya,,,aku masuk jam 8,,
Rasain,,kk mau pergi k rumah temen abang dulu ada acara,lw kamu mu keluar kunci pintu letakkan di bawah pot ya,,,
Akupun seorang diri di rumah,,membosankan,lalu aku menonton tv,sekitar satu jam kemudian “tok tok tok,,” ketokan pintu terdengar,,lantas aku segera beranjak,
setelah pintu terbuka aku melihat kak Isra teman kk sepupuku yg sangat manis,rambutnya sebahu,dan tubuh nya yglumayan langsing dengan baju panjangsampai lutut,
dan lengan pendek ,putih banget bagi orang melayu,aku tertegunn melihatnya.ini dia orang yg seringmembuat ku onani.oh kak isra
Hey Al,,,mana septy???
Eee,kk ne siapa ya??
Kamu ngigo ya?? Makanya mandi dulu
Abis kk cantik banget?? Sedikit menggodanya
Ga ada uang kecil neh buat Al,,,hehehe,,,cepet ah kk cape neh
Iya ayo masuk deh,,,
Kami pun masuk dan lansung ke ruang tengah,kak isra seh dah biasa d rumah jd semaunya aja,dia masuk kekamar sepupuku dan keluar lagi mengambil bantal,lalu menonton tv sambil rebahan
Kak septy lagi kerumah temen abang kak,katanya seh ada acara....
Ya udah ntar kk telp dulu...
Dia menelpon kak septy,aku terus memperhatikan tubuhnya dr belakang,akupun mulai berhayal,tak tahan aku pun ke kemar mandi,tak lama kak isra memanggilku,
aku tahan dulu kegiatan onaniku,dan mendekati kak isra
Ada apa kak??
Kamu ngapain??
Tadi Cuma pipis doank kak...
Tadi kk telp septy,katanya mungkin pulang jam 9 malem katanya,lw abang k mana??
Lw abang kan masih di proyek kak,,,,,
Lalu kak isra pun duduk.
Al,,septy pernah bilang katanya kamu pinter mijet,,kamu sering pijitin abang katanya,,
Ohh iya kak sering ,tak ga pinter kok,,napa kak??
Kk kan kemaren bis dr jakarta,nah kk cape banget pijitin kk mw ga,plisss???
Apaaaaa,,,kak septy minta aku memijat tubuh yg aku bayangkan selama onani ini,,,kaget tak luput dr perasaan ku, aku pun langsung mengiya kan nya
Gimana ne Al,kk ga pernahdi pijetpa lagidi urut..
Kk tengkurep aja nyantai sambil nonton jg gpp kok....
Aku pun duduk di sekitaran telapak kakinya terlihat sedikit paha putih mulus kak isra dr baju panjang yg dia kenakkan,aku memijit telapak kakinya sambil
melihat daerah paha kak isra,dia sedikit agak geli mungkin pertama kali di pijet ya..
Sttt,,,pelan2 Al kk agak suka kaget,,
Iya kak tenang aja ne aku pijit dari bawah biar semua terkumpul di perut...
Iya deh.....
pijitanku pun naik hingga betis,,kiri dan kanan betisnya aku rasakan
ouuhh betapa beruntungnya aku,bisa memegang tubuh kak isra hari ini
dy pun merasa enjoy dengan pijitan ku,tanganku pun terus naik sekarang aku memijat pahanya,napasnya mulai terdengar,dengan perlahan aku pijat terus pahanya,
hmmmm,,enak Al pijatan kamu,,,,tp mesti pijet paha juga ya??
Kan kk bilang capek berarti seluruh badan kk t uratnya kenceng,,,
Iya deh Al,,asal badan kk enak aja,,
Sedikit demi sedikitbagian bawah baju kak isra ku angkat ke atas sambil ku tundukkan kepala melihat CD yg di kenakkannya,,terlihat kak isra memakai CD putih polos,
betapa ingin aku memegang vagina kak isra tp belum saatnya,tangan kak isra pun memegang bagian pantatnya mungkin dia takut bajunya terlalu naik,
pijatanku perlahan mendekati pangkal pahanya,napasnya kini kian cepat,dan diiringi desahan kecil,
Hmmm uuh,,Al kok begitu ehhh,,
Gpp kak biar peredaran darah kk lancar
CD nya pun terluhat jelas dengan belahan vaginanya yg berada di tengah CD nya,,ku pindah kan tangan kak isra yg memegang pantat,dan ku pijit bagian pantatnya,
dia kembali memegang tangan ku,sambil melihat ke arahku dengan tertawakecil
Kok pijet itu Al,,mau cari kesempatan ya kamu,ga boleh ah??
Gak kak kan dr bawah kk tenag aja deh pokoknya enak
Dia mulai gelisah ketika aku memijat pantatnya,ku putar2 bagian gunungan pantat kak isra sambil perlahan ku naik kan bajunya,desahan nya pun mulai keluar,
sungguh indah body kak isray,peniskupun sdah terasa amat kencang,d tambah desahan kecilnya yg membuat birahi ku naik,lalu pijatan ku hentikan,
aku menyuruh kak isra duduk,aku mau memijit bagian atas dada dan perut.
Buka kancing bajunya kak bagian atas doank
Kamu mau mijit apa lagi Al??
Sekarang bagian atas kak biar angin nya turun,,
Tiga kancing bajunya di lepas aku mulai merasakan bagian dada nya,sungguh pikiranku sudah tak karuan ,aku merasakan ingin memeluk kak isra,yg wangi ini,
bagian atas payudara kak isra mulai terasa ,hangatdan lembut,ingin sekali aku remas payudara kak isra,tapi aku belum berani melakukannya,
kemudian tangan ku memijat pelan perutnya dr luar baju,aku merasa sedang memeluk kak isra,
Maaf kak lepasin BH kk ya,,?soalnya nyangkut ne aku mijetnya,,
Ehh kamu ada2 aja Al,,ga ah,,
Kk kan bisa buka Bhtanpa membuka baju,,ntar salah pijitnya jd kaku lo ..
Iya ntar kk coba buka,,,
Akhirnya sleeeeep BH nya terlepas tanpa membuka baju,,aku melihat belahan dadanya dari atas sangat menggoda,payudara kak isra indah sekali,
kenceng,aku meneruskan memijat perutnya sambil sedikit merasakan payudara nya yg aduhai hangat,desahannya kini mulai kuat,aku memberanikan diri memijit payu daranya,
tangan ku memijat mengelilingi payudara kak israsekarang terlihat jelas puting susunya yg agak bening sesekali aku mencubit pelan putingnya dan
terus memijit payu daranya yg kenyal tanpa henti.tangannya memegang tanganku sepertinya dy mau melepas tanagn yg sedang memijit mesra payudaranya
Ssstt ahhhh,,,ahhh Al jangan yg ini ahh gila kamu AL aaahh
Tenang kak ini biar dada kk ga turun,selalu kenceng jadinya,
Aahhh,,Al ehhh,,auuuhhh sssttttt
Belum puas aku rasakan dadanya,aku memintanya membuka baju.
Buka baju kk ya aku mau mijit bagian punggung kk...
Iya deh dah tanggung kamu jangan liat ya....
Iya kak tunggu aku ambilkan selimut dulu,,,,
Aku berikan selimut kepadanya dan aku berbalik badan biar dia percaya jika aku memang meijatnya tidak mau macam2 kepadanya,padahal sebuah rencana sudah ada di pikiranku,
setelah dy buka baju,sekarang aku memintanya tekurep kembali,akubuka bagian punggung nya ya bersih itu yg ada sedikit bekas tali BH nya,
langsung aku pijat dari bawah ke atas dia pun bergerak2 menahan ransangan yg sudah dia rasakan,,dan tanganku terkadang mengenai pinggiran payudaranya hingga atas pantatnya,
dia hanya mendesah,setelah puas merasakan punggungnya aku membalik kan badannya,terlihat tubuhnya yg tidak memakai baju dan hanya CD yg menutupi vaginanya,
aku kembali memijat payudara dan pentilnya seksi,dia hanya memejamkan mata,dan terus mendesah,kemudian aku melanjutkan memijit atas vaginanya tepat di atas bulu2 yg masih
tertutup CD dengan kencangaku memutar2 vaginanya dengan telapak tangan kanan,sedangkan tangan kiriku tak henti memijat dadanya yg kencang.
Ahh Al aaa aapa ini,,,??stt ahhhh aaaahhh
Aku tidak menghiraukannya aku terus meerasakan vaginyanya dengan tanganku,dia tak kuasa menahan ransangan yg sedang menyerangnya,ketika aku melihat kak isra sudah di landa
nafsu yg luar biasa aku segera melepas CD nya,,wahh benar2 cantik vagina kak isra ,tebel,dengan bulu yg lebat.aku pun merenggangkan kakin nya.dia memegang tanganku.dan aku sedikit berbohong.
Sekarang aku akan mengeluarkan kotoran yg ada di dalam kak....
Ahhhh ,,,,Al jangan,,,,kk ga ga ma mau,,,
Ku buka mulut vaginanya dan ku mainkan klistori kak isra dengan telunjukku,dia semakin menggerang ,mendesah yg tiada henti,tubuh nya kencang,terus mumainkan vagina nya hingga telunjukku masuk
ke liang vaginanya,ku colok vaginanya keluar masukdengan kencang. Aaahh,aaaahh,eeehhhh,,,,,eeeeehhhh,aaaaaahh
Al aaauhhhh,,,,ssttt aaahhh
Sampai aku rasakan jariku sudah basah,oleh air kenikmatan kak isra..
Ku hentikan sejenak ,dan aku melepas celanaku,,napas kak israpun seperti orang yghabis lomba lari,,,ku pegang penisku yg sudah membesar dan kencang,,ku arahkan ke vagina kak isra
Aku coba ya kak,,,udah lancar ga,,,
Ngapain AL???
Dengan mudah aku memasukkan peisku kedalam vaginanya,bleeees amblas penisku masuk dalam ke vagina kak isra yg hangat,kak isra hanya terpejam dan merasakan kenikmatan,
ku pompa keluar masuk vagina kak isra,,,,ouuhh ini lah yg selama ini aku inginkan yg hanya bisa ku bayang kan di dalam onanik,sekarang aku merasakannya,,
ku pompa dengan kencang vagina kak isra,sambil ku cium dan ku jilati ketiak kak isra yg putih dan sedikit bulu bekas cukuran,,dan membuat kak isra semakin tak karuan
Aahhhhh,,,aahhh,,,Al,,, te ,,terus ,,aalll
Ahhh ,uhhhhh,aaahhhh,,,,,
Kemaluan kk cantik dan enak,,
Kak isra memegang kepalaku dengan kencang,,tiba2 aku merasakan penisku tersiram oleh cairan hangat,basah banget,rupanya kak isra sudah kembali orgasme,
aku menghentikan gerakanku sejenak.tanpa mencabut penisku yg masih tertanam di dalam vagina kak isra yg nikmat,,dia terus mencekram rambut ku merasakan orgasme
Aaaaaaaahhhh,,,,,uh,,uh,,Al...
Nafasnya ngos2an
Ku lumat bibir kak isra dan dia pun melawan ciumanku,kami saling berciuman dengan penuh nafsu,,ketika asyik berciuman,kak ku balikkan badan hendak berganti posisi,,
tenyata kak isra mengerti sekarang dia di atas,dia langsung mnggoyangkan badannya naik turun,gelisekali.
Ooouuhhh kak enan banget,,,
Ahh,,ahh,,,ahh,,ahh,,,sayanga,,ahh,...
desahan kak isra dan dadanya yg bergoyang naik turun membuat aku tak tahan lagi.
Aku mau keluar kak ,,,
Sttt aahh keluarin aja Al,,,,aahhh,,,,aahh
Kak isra tak henti menggoyangkan badannya dan semakin kencang,,,membuat aku merasakan puncak
Aaaaahhhhhhhh,,kak isra,,aaahhh
Spermaku keluarkencang di dalam vagina kak isra
Eeehh,,,eehhh hanget Al vagina kk auuuuhhh,,
Kak isra rebah di atas ku,aku membelai rambutkan isra dan kami kembali berciuman
Bilang aja kamu mau menikmati tubuh kk kan Al???
Emank dr dulu kak,tp td emang aku mau mijit kk,,tp setelah liat paha kk,,aku langsung pengen kak..
Kak isra menikmati penisku yg basah oleh air kenikmatannya di dalam mulut kak isra dan menjilatinya,
Uhh sial,,,tubuh kk jadi di cicipi bocah seperti kamu,,seumur2 kk baru sekali ML,,itupun dah lama banget,,,,sial kamu AL
Ga pp kan kak kk juga menimati tubuh aku kok
Tangan ku sambil mengelus2mesra vagina kak isra
Spermaku masuk kevagina kk,emank kk ga takut hamil?
Kk kan baru 3 hari selesai men sayang,,,Ya udah mandi yuk,,,,Kamu bersihkan badan kk ya..
Oke deh kak
Kami pun mandi bareng,,dan mengulangi bercinta di kamar mandi,,sekarang aku sudah jarang ketemu kak isra,karna dia bekerja di luar daerah,
kadang kami melakukan phone sex dan jika kak isra kembali,dia pasti memintaku untuk memijat tubuhnya yg sexi itu.by : RUMANAL PUTRA

Pura Pura Tidur

Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah memasuki bulan kedua aku menjalani KKN di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Kami bersama 5 cewek dan 3 cowok termasuk aku, kelompok ku sudah berintegrasi dengan masyarakat Bonomerto. Sudah merasakan susahnya melaksanakan tugas-tugas berat selama KKN. Keluar masuk pedesaan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Jalan masih berbatu belum diaspal. Bila malam hanya diterangi lampu minyak karena belum terjangkau listrik. Mandi di sendang terbuka tanpa dinding. BAB di sungai dengan air jernih yang mengalir deras. Benar-benar kehidupan yang alami dan eksotik.
Dalam melakoni hidup sehari-hari dalam keadaan yang serba darurat itu, kami yang datang dari berbagai daerah dan berasal dari jurusan dan fakultas yang berbeda, tidak jarang mengalami konflik karena bertahan pada prinsip perjuangan masing-masing, tetapi selalu berakhir dengan happy karena bersama-sama menyadari, bahwa nama baik pribadi dan almamater menjadi taruhan di desa pengabdian ini. Kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran, ditambah dengan kesulitan yang selalu muncul, membuat kelompok kami semakin kompak. Merasa senasib seperjuangan menderita dan bahagia bersama. Jika ada satu atau dua di antara kami sedang pulang ke Semarang, terasa sekali ada yang hilang. Kalau ada yang sakit, seisi Posko bergantian merawat dan memberi perhatian. Mesraaa sekali hubungan persaudaraan kami. Mendekati berakhirnya masa KKN, dibalik rasa senang karena tugas berat sudah berakhir, terbersit rasa sedih, takut berpisah dan tidak ketemu lagi. Kadang sampai larut malam kita tidak tidur, berkumpul di kamar depan, karena hanya ada dua kamar di posko itu. Aku pegang gitar, mengiringi teman-teman menyanyi lagu-lagu nostalgia. Lelah menyanyi berbicang-bincang membicarakan masalah pribadi, bahkan mencurahkan rahasia terdalam. Tentang keluarga, tentang pacar masing-masing, tentang suami atau isteri masing-masing. Para Pembaca perlu tau, bahwa ketiga cowok sudah berkeluarga, tetapi hanya 1 cewek yang sudah berkeluarga, Mbak Etty atau teman-teman panggil beliau Bu Etik. Yang empat itu masih gadis, tetapi mereka mengaku sendiri sudah tidak perawan lagi. Benar-benar tak ada rahasia di antara kami. Karena sudah mengantuk dan lelah ada yang tertidur di situ juga, malas masuk kamar. Akhirnya sampai pagi kita tidur di kamar depan semua. Hari pertama atau itu malam pertama kita tidur bersama di satu tempat. Tak terjadi apa-apa sampai pagi. Semua bangun pagi dengan selamat tak kurang suatu apa.
Penarikan mahasiswa KKN tinggal 10 hari lagi. Semua sibuk finishing program masing-masing. Aku dan Mbak Etty kebagian mempersiapkan pentas seni. Kita bekerja berpacu dengan waktu. Kami benar-benar sudah lelah lahir batin. Sampai di Posko sudah jam sembilan malam. Seperti sudah ada kesepakatan sebelumnya, kita tidur jadi satu lagi. Endah dan Mbak Etty mengapit aku. Endah memelukku . Kaki Bu Etik menimpah pahaku, berat. Joko berpelukan dengan Yuni, Ponijan yang mirip Temon itu malah dipeluk dua cewek cantik, Marsitah dan Duwik.
Karena kaki Bu Etik cukup berat, maka terpaksa kuangkat, akibatnya selimutnya mlorot dan pahanya yang mulus itu terpampang jelas di depanku. Berdesir darahku, tapi kucoba tepis pikiran kotor yang melintas sesaat. Bu Etik itu ternyata cantik juga, mirip Camelia Malik. Kesibukan tugas membutakan mataku terhadap kecantikan ibu beranak satu ini. Karena sibuk mengurusi kaki Bu Eti, aku terlepas dari pelukan Endah. Aku meluruskan kaki dan membenahi letak sarungku, bermaksud tidur lagi. Begitu aku merebahkan diri, meletakkan kepala di bantal, Bu Etik langsung miring ke arahku dan memeluk aku !! Entah sengaja atau tidak, tangannya tepat di atas kemaluanku. Hangatnya tangan Bu Etik terasa sekali. Membuat si kecil itu mengedut dan pelan-pelan bangkit. Akal sehatku bermaksud menyingkirkan tangan nakal itu, tapi bisikan setan lebih kuat, maka kubiarkan tongkat wasiatku membesar dan memanjang. Sekarang, tangan Bu Etik bergerak mengurut kemaluanku yang masih tertutup sarung. Genggaman tangannya semakin erat, tapi semakin lembut. Kuamati matanya, masih tertutup.
Tapi aliran nafasnya bukan seperti orang tidur, nafasnya berat dan cepat. Aku belum berani bereaksi, masih ragu-ragu dan juga kawatir kalau menyinggung perasaan beliau, jika kuhentikan. Dia adalah Kepala Sekolah yang berwibawa. Kalau aku berani pegang dia dan marah, bisa panjang urusannya. Satu-satunya yang aman kulakukan adalah membebaskan si kecil dari CD dan sarung yang membuatnya terjepit. Setelah tidak terhalang sarung, telapak tangan Bu Etik semakin terasa panas menggairahkan. Badanku panas dingin. Menahan rangsangan itu sampai gigiku gemeletuk seperti kedinginan. Kesadaranku makin lama makin hilang, otak sudah dikuasai rangsangan birahi yang menggelegak. Tanganku segera mencari sasaran. Kuraba sudut gelap di pangkal pahanya……astaga…….tak memakai CD dan sudah banjir…..?? Karena posisiku berhadapan tetapi lutut Bu Etik melipat ke depan, aku pindah ambil posisi di belakang beliau. Kini aku menghadap ke arah Endah, tetapi berada di belakang punggung Bu Etik. Wanita cantik setengah baya ini masih merem, tetapi tangannya terus mencari kemaluanku. Saat penisku kutempelkan di vaginanya yang berambut lebat itu, tangannya aktif menuntun masuk dan …..blesssss……diiringi dengusan nafas Bu Etik dan dengkur halus orang-orang di depanku, aku terus maju mundur menyodok lubang basah Ibu Kepala Sekolah ini. Dinding vaginanya meremas-remas tongkatku. Jika Endah membuka mata, tentu melihat pemandangan indah, bagaimana tongkat hitam jelek membelah bibir merah sumber keniKmatan. Lubang itu mengeluarkan cairan berbusa yang mengakibatkan tongkat hitam itu dipenuhi busa putih. Lendir kenikmatan. Tusukan itu begitu dalam menembus rahim wanita stw yang cantik ini. Wajahnya yang anggun masih terpejam. Buah dadanya seakan mau tumpah keluar, terguncang-guncang karena sodokan-sodokan yang menggetarkan. Lama berpisah dengan keluarga, menjadikan wanita anggun ini kehausan
Tiba-tiba Bu Etik meluruskan kakinya dan mengubah posisi tidurnya telentang. Kucabut penisku dan kini kutusuk dari atas. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kubuka selimut yang menutupi dadanya. Kunaikkan beha hitamnya dan muncullah penampakan luar biasa. Buah dada yang montok , kenceng dan putih. Tak sabar bibirku ngenyot putting-putting merah jambu itu bergantian. Di bawah sana, pantat Bu Etik bergerak muter-muter disertai desahan lirih;” Uuhhhh….uhhhh…….uhhh…..” Seluruh pahanya kini terbuka dan dinaikkan, kedua tangannya memegang pahanya yang merapat ke dadanya, sehingga lubang kenikmatannya semakin lebar. Memudahkan penisku untuk keluar masuk. Mengetahui beliau sudah semakin basah mendekati orgasme, gerakan kupercepat, makin cepat dan ………oohhhhh…… kukeluarkan cairan kepuasan itu di dalam!!!! Bu Etik langsung tidur tanpa membereskan kainnya yang tersingkap dan buah dadanya yang luber ke mana—mana. Maka kurapikan seperti semula. Di wajahnya terlihat senyum kepuasan. Kini nafas Bu Etik mengalir teratur. Dengkurnya halus.
Beliau sudah tertidur pulas membawa mimpi indah. Tak lama aku pun menyusul menuju ke pulau impian. Tapi tengah malam sekitar jam dua aku terbangun oleh suara berisik. Aku tidak bangun, hanya membuka mata, dan meilhat pemandangan langka. Marsitah yang putih mulus itu bertelanjang dada, sedang “naik kuda”. Ponijan cowok hitam berotot tapi berwajah lugu itu, ngorok keras, sementara tongkat hitamnya yang besar keluar masuk lubang kenikmatan Marsitah yang ayu. Tangan Sitah meremas-remas payudaranya sendiri. Gerakannya liar semakin lama semakin cepat. Sampai akhirnya dia ambruk di dada Ponijan yang terus ngorok seperti suara gergaji. Ternyata jika nafsu sudah bicara, cewek se-ayu Marsitah bisa “makan” dengan lahap “bodin” Banyumasnya Ponijan yang hitam legam itu. Memikirkan hal itu ototku tegang lagi. Sayang sekali, tidak lama kemudian sudah terdengar azan Subuh. Tapi KKN belum berakhir.
Demikanlah kisah nyata Cerita Dewasa pura2 tidur sambil ngesot ini kutulis dengan bumbu di sana-sini, tetapi pointnya teteap sama. dan saya mohon kritik dan sarannya untuk cerita dewasa diatas untuk kemajuan saya dalam menulis cerita yang lebih panas untuk edisi berikutnya!thanks B4

Hujan Membawa Cinta

Hujan masih saja turun dengan lebatnya dan telah berlangsung selama 2 hari. Segala aktifitas jadi kacau berantakan. Tidak tahu harus berbuat apa. Jalan juga tampak lengang karena orang-orang lebih senang memilih tinggal di rumah. Begitu juga denganku, yang meski banyak rencana tapi semua jadi berantakan gara-gara hujan. Oh ya, aku bekerja secara serabutan, yang penting bisa menghasilkan dan halal.

Saat itu aku tengah memandang keluar melalui jendela. Memandang langit yang tampak menghitam, sedikitpun tak ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti. Tiba-tiba sebuah taxi berhenti tepat di depan rumah. Sesaat kemudian seorang perempuan yang belum begitu jelas wajahnya dengan menenteng koper kecil bergegas turun dan berusaha membuka pintu pagar rumahku yang tertutup rapat namun tidak ku gembok. Usaha membuka pintu pagar berhasil dilakukan, namun keadaan itu membuatnya basah kuyup. Tanpa menutup kembali pintu pagar ia berlari-lari memasuki halaman rumah terus mengetuk pintu.

Aku yang sudah menyaksikan ulahnya sedari tadi langsung membuka pintu dan.. Aku terkesima. Sesosok wujud wanita paripurna berdiri di depanku dengan sedikit menggigil. Wanita yang sama sekali tidak aku kenal. Wanita yang.. Berumur kira-kira 23 atau 24 tahun yang luar biasa, seperti dalam mimpi, cantik sekali. Rambutnya lebat panjang bergerai indah. Alis mata yang tebal dan bibir tipis yang memancarkan pesona. Dia juga seperti terheran melihatku.

"Maaf.. Mbak cari siapa?" tanyaku.
"Oh." dia terlihat gugup, "Maaf Mas. Bukankah disini rumahnya Mas Dudy?"
"Dudy? Dudy Margono?" tanyaku
"Iyya," jawabnya sambil menepis butir-butir air yang melekat di tubuhnya.
"Wah, sebulan yang lalu Mas Dudy memang masih ngontrak disini, tapi sejak pindah ke Balikpapan aku yang meneruskan kontrakannya," jawabku.

Jawaban yang membuatnya terkejut dan terlihat amat kecewa.

"Oh, maaf. Mari, masuk dulu Mbak," tawarku setelah menyadari bahwa wanita itu masih di depan pintu.
"Makasih," jawabnya terus melangkah masuk.

Akupun mempersilahkannya duduk di sofa lalu minta ijin sebentar mau kebelakang untuk mengambilkan handuk karena menyaksikan tubuh dan pakaiannya basah kuyup. Setelah mengambil handuk dalam lemari (aku memang menyimpan beberapa handuk sebagai persediaan kalau-kalau ada teman menginap) dan membawanya keluar. Kulihat dia agak gemetar menahan dingin meski baju yang dikenakannya cukup tebal, tapi hujan yang amat lebat rupanya tidak mau kompromi dan lagi tampaknya gadis ini kelelahan, kemungkinan baru saja melakukan perjalanan jauh. Segera kusodorkan handuk yang disambut dengan senyum, terus melap badannya yang masih berbungkus pakaian.

"Mbak siapa?" tanyaku
"Oh, maaf perkenalkan, aku Vita," ucapnya menyodorkan tangan.
"Bari," sahutku menggenggam tangannya yang dingin.
"Saya teman dekatnya Mas Dudy. Saya tidak tahu kalau dia sudah tidak disini. Sungguh, saya tadinya mau bikin surprise dengan datang tiba-tiba. Nggak tahunya.. Wah, gimana ini?" Dia terlihat panik.
"Emangnya Mbak Vita dari mana?"
"Dari Malang, Mas,"
"Gila, sejauh itu?" Tanyaku bagai tak percaya.

Dia hanya mengangguk. Aku jadi terdiam dan turut merasa sedih. Namun akal sehatku segera pulih terutama setelah melihat dia semakin kedinginan.

"Kalau nggak keberatan, silahkan Mbak Vita mengganti pakaiannya yang basah itu di kamar, nanti kita bicara lagi," ujarku sambil menunjuk kamar tamu. Iapun tersenyum (manis sekali) kemudian beranjak menuju kamar yang saya tunjukkan.

Akupun menunggu dengan gelisah. Aku dengan Dudy memang sahabat dekat, tapi tidak pernah tahu kalau dia punya teman dekat yang begini cantik. Aku juga tahu kalau Dudy itu petualang cinta. Banyak sekali gadis-gadis yang jadi korbannya mengingat wajahnya yang memang tampan, terlalu tampan malah hingga mendekati wajah perempuan, terlalu klimis.

Sebulan yang lalu oleh kantornya ia mendapat promosi menjadi kepala cabang di Balikpapan dan sejak itu ia menyuruhku menempati rumah ini yang telah ia kontrak selama 5 tahun dan baru berjalan 2 tahun sehingga aku bagai dapat durian runtuh karena ketika ia menyuruhku pindah ke rumah ini terutama karena selama ini aku hanya mampu kost di satu kamar pada satu tempat dibilangan Slipi.

Dan gadis cantik yang kini ada di kamar tamu itu, apa termasuk salah satu dari korban rayuan gombal Dudy? Aku tidak berani berpikir yang aneh-aneh tentang gadis itu. Aku positif tahuninking aja. Nggak tega aku memikirkan hal-hal yang ngeres. Dia terlalu cantik dan lembut dimataku. Agak lama Vita di kamar, mungkin sekalian mandi (kamar tamu mempunyai fasilitas kamar mandi).

Kira-kira 30 menit kemudian pintu kamar terkuak memunculkan sosok Vita yang fresh terutama dengan kombinasi busananya yang pas. Saat itu ia mengenakan T. Shirt putih dengan rok midi warna cream. Setelah mandi kecantikan Vita kian tegas. Wajahnya yang aristokrat dengan tinggi sekitar 164 serta polesan lipstik tipis dibibirnya membuatku sejenak seperti bengong, nggak bisa berucap sepataHPun.

"Mas Bari.. Kok seperti orang bengong," Ucap Vita menyadarkanku dari keterpanaan.
"Oh. Maaf. Mari, monggo. Silahkan," aku masih grogi. Vita hanya senyum melihat ulahku.
"Ada apa sih, Mas? Kok seperti orang bingung?" tanyanya lagi.
"Ya.. Aku memang lagi bengong, bukan bingung,"
"Lho, kenapa?" tanya Vita sambil duduk di sofa mengambil posisi di depanku.

Aku akhirnya bisa menguasai diri.

"Habis, setelah mandi Mbak Vita ternyata cantik sekali," jawabku mulai percaya diri.
"Ah, Mas Bari bisa saja. Tapi terima kasih deh atas pujiannya"

Kami akhirnya terlibat dalam pembicaraan yang mengasyikkan. Dia bercerita banyak. Mengenai hubungannya dengan Dudy terutama janjinya bahwa setelah Vita menyelesaikan kuliahnya mereka akan segera menikah. Itulah sebabnya ia segera ke Jakarta utnuk mengabarkan dan membicarakan rencana perkawinan mereka karena Vita baru saja lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Tapi Vita jadi sangat kecewa karena Dudy ternyata sudah pindah tanpa memberikan kabar dan yang jadi masalah karena di Jakarta ini Vita tidak punya kenalan apalagi keluarga. Aku berusaha menenangkan dan memberinya semangat terutama karena Dudy memang sahabatku dan kuutarakan juga bahwa sesungguhnya rumah ini secara resmi masih dimiliki Dudy sebagai pengontrak, aku hanya disuruh menempati agar tidak kosong.

Saat malam tiba, hujan belum juga mau kompromii, sehingga aku tidak bisa mengajak Vita keluar untuk makan malam, terpaksa kita buat menu ala kadarnya. Beruntung karena di kulkas masih ada sisa ikan dan daging, cukup untuk diolah menjadi santapan yang enak. Kita semakin akrab terutama setelah secara bersama kita mengolah bahan mentah di dapur. Akupun tak segan-segan mencandai Vita membuatnya sering tertawa terpingkal-pingkal bahkan sesekali mencubit halus pinggangku.

Usai makan malam, kami melanjutkan pembicaraan sambil nonton TV. Duduknyapun sudah tidak berhadap-hadapan lagi tapi sudah berdampingan. Aroma parfum yang dikenakan amat sejuk dan lembut menciptakan nuansa yang romantis. Aku mencoba menggeser dudukku untuk merapat sedikit. Dia hanya melirik sambil senyum.

"Mulai berani ya, Mas?" tegurnya membuatku kembali menggeser tubuhku untuk menjauh.
"Ya, sudah. Nggak usah di geser menjauh lagi. sudah ketahuan, kok," ucapnya menarik lenganku mendekat sehingga tubuhku akhirnya teraih mendekat memepeti tubuhnya.

Darahku tiba-tiba bergolak. Hatiku diliputi perasaan yang penuh bunga, apalagi ketika tiba-tiba ia meletakkan tangan kanannya di atas pahaku. Akupun secara refleks melingkarkan lengan kiriku di bahunya. Kami sama-sama diam membisu, namun aku yakin kalau hati kami diliputi perasaan yang sama, ingin lebih dari itu. Pikiran kami tidak lagi terfokus pada TV meski mata tetap tertuju ke sana. Namun aku segera sadar bahwa pertunjukan harus dimulai dan untuk memulai inisiatif harus datang dariku karena tidak mungkin inisiatif itu datang dari gadis yang begini lembut.

Pelan-pelan kuelus rambutnya. Dia diam saja. Lalu kucium rambut yang panjang itu, harum. Diapun diam saja. Lalu rambut panjang itu kusibak dan kususupkan bibirku di lehernya, kukecup halus. Ia juga masih diam, tapi tangannya mencengkram pahaku. Aku kian berani kujilat leher, pas di belakang telinganya. Ia menggelinjang, menarik kepalanya, menoleh menatapku tajam. Aku juga menatapnya dan sejenak kemudian bibir kami saling bertaut. Kami berciuman panjang dan panas.

Aku menekan tubuhnya sehingga rebah telentang di sofa. Aku menindihnya. Tanganku merayap membelai dadanya yang masih tertutup busana. Tapi ia tiba-tiba menahan tanganku dan berusaha menatapku.

"Boleh?" tanyaku berbisik.

Agak lama ia menatapku dan akhirnya mengangguk sambil senyum. Akupun mulai meraba dadanya dengan halus sambil bibirku tak pernah henti melumat bibir tipisnya. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik T. Shirtnya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbalut BH. Deru nafasnya terdengar memburu sementara burung dibalik celanaku kian liar dan membesar seperti mau berontak. Kurangkul tubuhnya, kurengkuh aroma tubuhnya yang harum dan tanganku kian merajalela, tanpa sepengetahuannya (mungkin) aku sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih tetap mendekapnya. Buah dadanya memang tidak terlalu besar, tapi ini ukuran yang paling pas buatku.

Kugesek-gesekkan pahaku ke pangkal pahanya yang secara spontan mulai sedikit terbuka. Kurasakan ada hawa panas di sana. Bibirku dengan rakusnya melalap bibir tipisnya. Aku enggan melepas pagutanku terutam karena bau mulutnya yang bagai bau mulut bayi, segar. Tapi ukuran sofa kurasakan amat mengganggu karena terlalu sempit sehingga mengurangi gerakan kami. Lalu kuhentikan pagutanku.

"Kita pindah, yuk," tawarku
"Kemana?" tanyanya.
"Ke kamar," jawabku.
"Mas.."
"Ya?"

Ia berusaha bangun dan aku berhenti menindihnya. Kami kemudian duduk. Ia menatap kedepan ke arah TV sementara aku memandangnya penuh tanya.

"Seharusnya kita nggak begini.." ia berhenti sejenak.

Aku diam menunggu tetap mencoba untuk mengontrol diri.

"Aku ini pacar sahabat, Mas Bari," lanjutnya.
"Ya," jawabku singkat.

Lalu kami sama-sama terdiam. Berbagai pikiran berkecamuk dikepala kami.

"Aku minta maaf, Vit," ucapku tulus.

Dia menoleh memandangku dan. Tersenyum.

"Nggak papa. Aku juga yang salah terlanjur suka pada Mas Bari dan mungkin karena kecewa pada Mas Dudy," jawabnya tenang.
Tangannya terulur mengusap pipiku.
"Kamu gagah, Mas," pujinya,
"Ayo kita ke kamar," pintanya.
"Vita nggak keberatan?" tanyaku bagai tak percaya.
"Kita bercumbu saja ya, Mas? Soalnya untuk yang satu itu aku belum pernah melakukan," ujarnya polos.
"Tapi saling raba boleh, kan?"
"Ih, Mas Bari nakal," ujarnya sambil mencubit pahaku.

Akupun segera meraih tubuhnya, mengajaknya berdiri. Lalu tubuh semampai itu kugendong. Tangannya melingkar di leherku. Sambil berjalan menuju kamarku bibirku tetap lekat di bibirnya. Setiba dalam kamar, pelan-pelan tubuh itu kuletakkan dipembaringan sambil terus memagutnya. Kami bergulingan di kasur. Tubuhnya terasa kian panas. Aku mencoba melepas kaosnya. BH yang tadinya sudah kucopot masih berada di balik bajunya. Ia membantu mencopot kaosnya sehingga tanpa susah payah aku berhasil menelanjangi bagian atas tubuhnya.

Darahku kian bergolak memandang tubuhnya yang bak pualam, kulit kuning langsat, bersih, halus tanpa ada sedikitpun cela, sempurna. Lalu tangany meraba seluruh bagian atas tubuhnya terutama ke dua gunung kembarnya yang padat dan keras pertanda birahinya juga sudah meninggi. Ketika aku berada di atas tubuhnya, secara halus kususupkan paha kananku ke selangkangannya dan dia merespon dengan membuka kedua pahanya sedikit sehingga ujung pahaku bebas melakukan aktifitas. Pinggulnya juga secara spontan ikut bergerak mengikuti irama gesekan pahaku.

Serangankupun mulai kutingkatkan. Sambil melingkarkan tangan kananku di lehernya, bibirku tetap mengulum bibirnya sambil lidahku berkelahi dengan lidahnya didalam rongga mulutnya. Tangan kiriku pelan-pelan bergerak menyingkap roknya dan secara halus mengelus pahanya, terus bergerak ke atas dan berhenti di pangkal pahanya, lalu menyentuh Cdnya. CD itu sudah basah, rupanya ia sungguh sudah birahi. Kulepas pagutanku. Mulutnya berdesah ketika tanganku berusaha menyusup kebalik Cdnya dan berhenti di bibir vaginanya.

Sungguh, bibir itu sudah sangat basah. Jari tengahku mengelus-elus bibir vaginanya. Ia semakin menggelinjang sambil membuka pahanya untuk memberikan jalan bagi jariku agar lebih leluasa bekerja disana. Tapi jariku masih merasa terganggu sehingga Cdnya segera kupelorotkan Ia mengangkat pantatnya agar aku mudah mencopot CD nya. Setelah itu pengait roknya kulepas, kutarik resluiting riknya dan kuturunkan rok itu dari pinggangnya, maka dihadapanku kin tergolek dalam nafas memburu sesosok tubuh wanita yang penuh pesona memandangku penuh birahi.

Ketika aku terpana melihat keindahan tubuhnya ia berusaha bangkit, tangannya meraih pinggangku lalu membuka baju kaor yang kukenakan. Setelah itu ia berusaha membuka ikat pinggangku mencopot celanaku sekalian celana dalamku sehingga akupun kini sudah telanjang, persis seperti dia. Matanya terbelalak menyaksikan burungku yang tegak mengacung, besar, panjang dan kaku.

"Wow. Besar sekali, Mas," pekiknya meraih burungku. Di elus-elusnya.
"Pernah pegang punya Dudy, nggak?" tanyaku. Ia mendongak memandangku.
"Ih, Mas Bari jangan tanya gitu, dong. Itu kan sangat pribadi," ucapnya protes.
"Sorry," sahutku. Sambil mengelus buah dadanya.
"Di cium dong, sayang," pintaku.

Iapun segera membungkuk dan mencium burungku. Betul-betul hanya dicium dengan hidungnya sesekali permukaan bibirnya menempel di kulit burungku. Tampaknya dia belum pernah melakukan oral sex.

"Di kulum dong, sayang," bisikku.
"Di masukin mulut?" tanyanya seperti nggak percaya.
"Iyya."
"Ah, aku belum pernah begini, Mas," jawabnya polos.
"Coba aja. Enak, kok," desakku.

Akhirnya dengan ragu-ragu ia memasukkan kepala burungku ke mulutnya. Lidahnya belum bermain, hanya mendorongnya maju mundur, bahkan sesekali burungku tersangkut giginya sehingga menimbulkan sedikit rasa sakit. Rupanya ia betul-betul belum ngerti, masih polos.

Setelah memaju mundurkan burungku di dalam mulutnya sekitar 10 menit, ia terlihat kelelahan. Iapun menghentikan gerakannya dan merebahkan diri telentang. Aku kemudian berjongkok, membuka pahanya, lalu kepalaku kususupkan kesana. Hidungku mencium vaginanya lalu bibirku menjilati bibir vaginanya. Ia terpekik sambil meremas kepalaku.

"Mas, jangan. Jorok," Aku tidak peduli.

Lidahku kian gencar berputar di klitorisnya membuat pantatnya bergerak naik turun sambil mulutnya tak pernah henti berdesah. Bukan hanya lidahku yang berputar meliuk-liuk di seputar klitnya, dua jari tangankupun ikut menyusup memasuki liangnya, membuatnya terpekik-pekik kenikmatan. Hanya sebentar saja jari-jariku bermain disana ketika tiba-tiba saja tubuhnya mengejang. Pantatnya terangkat tinggi, bulu rmanya ikut berdiri. Rupanya ia telah orgasme.

"Ooohh.. Maass." lenguhnya panjang.

Kedua tangannya merangkulku dengan ketat sementara burungku kian tegang. Aku hentikan aktifitasku. Kupandangin tubuhnya yang lemas. Ada senyum disana.

"Enak, sayang?" bisikku. Dia mengangguk.
"Apa Mas sudah keluar?" tanyanya tidak mengerti. Aku ketawa kecil.
"Belum. Lihat nih, masih kencang betul," sahutku mengelus-elus vaginanya.
"Jadi gimana dong?" tanyanya.
"Aku masukin, ya?"
"Tapi aku belum pernah, Mas,"
"Saya tahu. Aku masukin kepalanya aja, tidak akan merusak selaput daramu."
"Betul, Mas?" Aku mengangguk mengiyakan.

Dalam hati aku memang telah berjanji tidak akan merusaknya kalau memang dia masih perawan.

"Iyya deh, Mas. Tapi pelan-pelan aja ya? Aku takut," ucapnya pasrah.

Aku kemudian membungkuk, mencium bibirnya yang basar. Dengan sabar kuelus kedua gumpalan gunungnya, sesekali kuremas. Aku berusaha membangkitkan kembali gairahnya setelah ia mengalami orgasme. Tangankupun segera berkelana ke selangkangannya dan memainkan jari-jariku ke dalam liang vaginanya tapi tidak terlalu dalam. Vaginanya kembali basah kuyup. Birahinya muncul lagi dalam waktu singkat. Lalu tangannya kuraih kubimbing ke arah burungku. Begitu jarinya menyentuh burungku langsung di remas dan di kocok-kocoknya.

Setelah merasa bahwa birahinya telah bergolak akupun berjongkok, membuka lebar pahanya sehingga bibir vaginanya terbuka memperlihatkan klitoris dan liangnya yang berwarna kemerah-merahan. Burungkupun ku arahkan kesana. Kepalanya kugosok-gosokkan di permukaan vaginanya. Mulutnya mendesis-desis keenakan, lalu secara perlahan tapi pasti kutekan burungku masuk sarangnya. Ia terpekik kecil. Jari-jarinya erat mencengkram punggungku. Pantantnya terangkat sehingga burungku semakin masuk menyusup, belum semua karena aku taku akan merobek selaput darahnya.

Dengan posisi burungku separuh yang masuk aku membuat gerakan maju mundur. Hal ini membuatnya betul-betul menggelinjang keenakan sementara vaginanya semakin banjir rupanya ia lagi-lagi orgasme yang berkesinambungan tapi belum orgasme total. Aku kemudian menggulingkan tubuhku untuk merubah posisi sehingga ia kini berada di atas tubuhku menyebabkan aktifitas membuat gerakan dilakukan oleh Vita. Mulanya pelan-pelan, lalu ketika buah dadanya tepat di depan mulutku, maka gumpalan kenyal itupun ku kulum. Ia menggelinjang dan mempercepat gerakan pantatnya.

Tiba-tiba ia menekan pantatnya dengan kuat disertai pekik kesakitan untuk sesaat, maka seluruh batang kemaluanku amblas. Sakitnya memang tidak terlalu terasa karena vaginanya sudah banjir hanya terasa ketika selaput perawannya robek. Setelah itu tak ada lagi rasa sakit, yang ada hanyalah kenikmatan yang tiada tara.

"Mas.. Robek sudah Mas.. Ooohh."
"Iyya sayang.. Maaf,"
"Bukan salah Mas. Aku yang nggak tahan," celotehnya mempercepat gerakannya.
"Maass.. Aku mau keluar lagi."
"Aku juga sayang.. Dicabut ya?" tanyaku.
"Jangan, biar aja. Sudah kepalang aduh maass.. Aku.. Kkkeeluaarr."
"Aku juga sayaanng," pekikku ketika air meniku menyemprot keluar bersamaan dengan puncak orgasmenya.

Luar biasa nikmatnya. Ia merebahkan tubuhnya yang berkeringat diatas tubuhku. Aku mendekapnya erat seakan tak mau melepas tubuhnya. Batang kemaluanku masih bersarang di dalam rongga vaginanya sementara di luar sana hujan mulai berhenti menyisakan rintik yang pelan.

"Maaf, ya sayang. Akhirnya aku telah merusakmu," bisikku sambil bengecup lehernya.
"Nggak papa kok, Mas. Aku yang mau dan aku puas,"
"Bagaimana dengan Mas Dudy?" tanyaku.
"Peduli amat," ungkapnya mengangkap tubuhnya duduk diatas selangkanganku karena kemaluan kami masih saling menempel.
"Jujur saja Mas. Aku sebenarnya kesini, selain untuk memperjelas hubungan kami juga untuk menyelidiki berita kalau ia selalu gonta-ganti cewek dan sering bercinta di rumah ini. Aku juga yakin kalau cintanya padaku hanya dimulut, terbukti ketika aku menolak ML dengannya, ia tidak pernah lagi mengontakku," ujarnya ketus.
"Jadi..?"
"Jadi ya, itu. Aku nggak mau tahu lagi. Aku cuma mau pembuktian. Apa dia benar-benar mencintaiku atau hanya mau iseng,"
"Terus kita, gimana?" tanyaku.
"Terserah Mas. Bagiku, dari perkenalan singkat. Aku yakin Mas orang baik penyayang."
"Kalau aku bilang aku mau jadi pacar Vita gimana?"
"Jangan tanya aku, Mas karena aku pasti mau. Tapi berpikir dulu yang matang."
"Justru Vita yang saya minta berpikir matang. Aku saat ini masih kerja serabutan, tapi aku janji akan mencari kerja yang layak sesuai ijazahku."
"Terus, Mas?" desaknya
"Aku ingin melamarmu. Aku tidak tahu, wanita yang seperti Vita yang selalu ada dalam anganku. Terutama karena aku yang telah mengambil perawanmu," mendengar kalimatku itu ia lalu memelukku, menghujaniku dengan ciuman.
"Makasih, Mas."

Syarat PNS

Perkenalkan Nama gw Andika ( nama samaran )! Gw baru lulus kuliah dan kepengen sekali menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil ) masa depan cerah gitu kata orang! menjadi PNS merupakan impian bagi sebagian besar orang! Bergagai cara dilakukan agar bisa lolos tes CPNS. ikut bimbingan tes CPNS, mengasi uang pelicin, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya gw juga memakai jasa dukun atau orang pintar dan bukan mak errot lho. Menurut info yang gw peroleh dari sahabatku , ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS.



Begini cerita seks nya. Malam itu gw sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya gw tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.

“Permisi, apa benar ini rumahnya Mbak Ayik ( nama samaran juga )?” tanya kemudian.

“Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Pak!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi gw segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku.

“Ooo, jadi Pak Andika ini juga pengen jadi PNS tohhhh?”

“Iya Mbak! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Gw menyodorkan satu botol madu murni kepada Mbak Ayik .

“Kalau begitu, silakan Pak Andika ikut saya ke dalam!” Mbak Ayik beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang gw berikan tadi. Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang gw membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah.

Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Mbak Ayik menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.

“Maaf ya Pak Pak ! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!”
“Semuanya, Mbak?” tanyaku malu-malu.

Mbak Ayik tersenyum, “Pak Andika gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Pak Andika !” Mbak Ayik benar, pikirku. Lagi pula gw sudah terlanjur datang ke sini, jadi gw tidak perlu malu lagi.
Sementara Mbak Ayik menyiapkan kelengkapan ritual, gw segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Mbak Ayik datang dan duduk di sampingku. Sesaat gw sempat melihat Mbak Ayik mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap.

Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Mbak Ayik mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Gw memejamkan mata saat tangan lembut Mbak Ayik mulai menyentuh dada gw, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya. Gw menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal paha gw.

“Pak Andika sudah punya pacar?” tanya Mbak Ayik memecah keheningan.
“Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Mbak!”
“ehmmm… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Pak !” kata Mbak Ayik meledek.
“Ah, Mbak Ayik ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Mbak Ayik ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Gw juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Mbak Ayik membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.

Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Mbak Ayik turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat.

“Wah… badan Pak Andika kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Pak Andika rajin olah raga.”
“Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin fitnes.”
“wahhhh.. pantesan adik Pak Andika gede!”
“Maksud Mbak Ayik , adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh.

“Maksud saya adik yang ini…..” kata Mbak Ayik sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Mbak Ayik . Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan.

“opsttt … Mbak! Enak…!” gw melenguh nikmat. Gw juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Mbak Ayik menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar gw bisa mencapai pangkal pahanya. Wow! Sekali lagi gw terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Mbak Ayik . Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam.

Perlahan-lahan gw mulai menggosok bibir memek Mbak Ayik yang sudah basah itu dengan jariku. Mbak Ayik bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang kontolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Mbak Ayik mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal paha gw, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.

“Gimana Pak Pak ? Enak kan?” tanya Mbak Ayik di sela-sela aksinya.
“Ahh… nikmat banget Mbak! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Gw memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja. Namun kali ini Mbak Ayik memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Mbak Ayik dengan lembut memasukkan ujung kontolku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku.

“ohhhhh..yeahhh nak, Mbak!” nafasku semakin memburu. gw merintih-rintih nikmat, namun Mbak Ayik masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Gw juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas. Bahkan Mbak Ayik juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya Mbak Ayik masih memiliki tubuh yang bagus. Kulitnya putih mulus, Tokednya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini.

“wakzzz…. kontol Pak Andika memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Mbak Ayik kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan memeknya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, gw mendekatkan mulutku ke memek Mbak Ayik yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya.

Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan memeknya dengan lembut.

“ohhhhh..yahhhhh… begitu Pak ! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…tuhan!”

Mbak Ayik bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya. Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing.

Berapa saat kemudian Mbak Ayik melepaskan kulumannya.

“Gimana, Pak Andika Suka kan?” tanya Mbak Ayik sambil tersenyum pada gw.

Gw hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Mbak Ayik yang masih memijit-mijit batang kontolku.

“Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai kontol besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Pak Andika pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Mbak Ayik menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Pak Andika yang besar ini!”

Mbak Ayik mengambil posisi duduk di atas paha gw. Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung kontolku mulai memasuki memiawnya yang hangat.

Entah karena memiaw Mbak Ayik yang sempit, ataukah karena kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat. Mbak Ayik tampak susah payah berusaha agar batang kontolku bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya…

“Aaougghh…. aduh Pak Andika ! Gede banget kontolmu!” tubuh Mbak Ayik yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam dalam rongga memeknya yang sempit. Beberapa saat kemudian Mbak Ayik mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun.

“uuhhhhh… ohhhhhhhh…!” Gw mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Mbak Ayik untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan liar Mbak Ayik menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan memeknya terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh…

Semakin lama gerakan Mbak Ayik semakin liar tak terkendali. Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga memeknya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya.

“Oh, Pak Andika …, saya…sudah…nggak kuat…lagi…!

Mbak Ayik menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dada gw. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dada gw.
“Ooohhh… sebentar lagi Mbak! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!”

Gw juga mempercepat gerakanku. Meskipun Mbak Ayik terlihat lelah, namun gw masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, gw merasakan batang kontolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Gw segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Mbak Ayik . Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya…..

“Saya… keluar Mbak! Oogghhh…!” gw meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya sperma di dalam rongga kenikmatan Mbak Ayik . Seketika tubuhku lemas. Gw sudah tak mampu lagi menopang beban Mbak Ayik yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di memeknya yang hangat. Dalam hati gw kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta. Belum pernah gw merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex.

“Pak Andika memang benar-benar hebat!” kata Mbak Ayik sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku.

“Mbak juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Mbak!” Gw mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan Tokednya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan.

Entah sudah berapa lama gw terpejam, ketika gw merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan gw membuka mataku, ternyata Mbak Ayik tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku.

“Aahhh…, Mbak Ayik masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.

Mbak Ayik tersenyum manja, “Habis…, kontol Pak Andika guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!”

“Ah, Mbak Ayik ini bisa aja!” gw hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Mbak Ayik bertambah antusias ketika batang kontolku mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Mbak Ayik mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya.

“Aaahhh…, aaahhh…, enak Mbak! Oohhh…!” gw hanya bisa mengerang keenakan.

“Hhhhmmm…., Pak Andika mau yang lebih enak lagi?” tanya Mbak Ayik menggoda.

“Emang ada yang lebih nikmat, Mbak?”

“Coba Pak Andika berdiri!” gw menuruti perintah Mbak Ayik . Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, gw berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Mbak Ayik yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Mbak Ayik meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak. Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan Tokednya yang lembut.

“Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Mbak!”

“Ini masih belum seberapa, Pak ! Coba Pak Andika rasakan yang ini…” Mbak Ayik menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan Tokednya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Andika !”

Gw menurut saja. Perlahan-lahan gw mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Mbak Ayik menekan-nekan Tokednya kencang sehingga batang kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal.

“Oouuhhh…! Mbak Ayik memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Mbak!” gw mendesah-desah nikmat. Susu Mbak Ayik yang menekan-nekan kontolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Mbak Ayik meminta gw untuk segera menuntaskan permainan itu.

“Aahhh…, Pak Andika ! Mbak sudah kepengen banget nih!” rengek Mbak Ayik . Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun gw masih belum begitu pengalaman, namun gw sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan gw membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Mbak Ayik yang menganga dari belakan. Mbak Ayik tampak menggigit bibir sendiri ketika gw mulai menggesek-gesekkan ujung kontolku di bibir memeknya.

“Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Pak !” rengek Mbak Ayik .

Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah memek Mbak Ayik yang memerah.

“Aahhhh…!” gw melenguh nikmat. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Mbak Ayik masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memiawnya. Sesaat gw membiarkan kontolku tertancap. Kemudian, pelan tapi pasti gw mulai mengayunkan pantatku maju-mundur.

“Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Pak Andika , Ooohhh…!” Mbak Ayik mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Mbak Ayik terlihat sangat lelah.

“Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!”

Gw mencabut kontolku, sedangkan Mbak Ayik terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Payudaranya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, gwpun mulai melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki Mbak Ayik ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Mbak Ayik dan kuarahkan batang kontolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…!

Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu.

“Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Mbak Ayik .

Kembali gw ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Mbak Ayik yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika gw membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kontolku ke dalam rahimnya. Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, seskali gw meremas-remas, menjilat, dan menciumi Tokednya.

“Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh…. !” Mbak Ayik mengoceh tak karuan. Namun gw tidak menghiraukannya. Gw terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku semakin liar.

“Ooohh…, Pak ! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!”

Gw merasakan dinding-dinding memek Mbak Ayik mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam. Semakin lama kedutan memek Mbak Ayik semain cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya…..

“Aaarrggghhh….! Gw keluar lagi Pak !” Mbak Ayik menjerit puas. Gw semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi memek Mbak Ayik . Namun sebelum sperma keluar, gw segera mencabut kontolku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, gw menyodorkan batang kontolku ke bibir Mbak Ayik yang terbuka. Gw semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….

“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!”

Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Mbak Ayik . Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang kontolku.

Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan gw pun terkapar di sisi Mbak Ayik .

“Oh, Pak Andika benar-benar perkasa! Terima kasih ya Pak !” gw memeluk tubuh Mbak Ayik dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya.

“Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Mbak Ayik mau minta apa?” tanyaku kemudian.

Mbak Ayik bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Pak !” beliau tersenyum, “Pak Andika tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Mbak Ayik meraih kontolku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik.

“Maksud Mbak Ayik ?” tanyaku tidak mengerti.

“Kalau Pak Andika berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Pak Andika mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Pak Andika yang besar dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang kontolku.
“Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani mbak!”

Mendengar jawabanku Mbak Ayik kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya gw benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan pelantikan, gw memenuhi janjiku kepada Mbak Ayik . Setiap kali ada kesempatan, gw selalu berkunjung ke tempat Mbak Ayik . Tentu saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta! Cerita Ngentot Dukun Sexy kali ini demi cita citaku menjadi seorang PNS.