Meski agak susah payah, 3 tahun aku sudah menjalani kerja sebagai agent
property. Sejak lulus S-1 Ekonomi, pekerjaan yang paling mudah diperoleh
adalah agent property, lowongan lainnya terlalu berat seleksinya.
Cukup lama aku berjuang melawan malu, takut, dan kejar target. Akhirnya
semua jadi terbiasa dan menjadi modal untuk meningkatkan karir. Aku
terpacu oleh agent-agent lain yang kelihatannya biasa-biasa saja tetapi
penjualannya cukup baik. Di kantor agent tempatku bekerja sebagian besar
agent adalah cewek, ada yang ibu-ibu dan banyak juga yang masih muda.
Kadang-kadang penampilan mereka membuatku iri. Mobil mereka bagus-bagus,
dandanan dan asesorisnya berkelas. Sementara aku harus puas dengan
sepeda motor. Aku bertekad harus bisa menyamai para top seller.
Pendapatanku banyak terpakai untuk mengikuti sales seminar dan seminar
property. Aku pikir pengalaman dan pengetahuan orang perlu aku serap,
karena kalau harus mengalami sendiri terlalu lama jatuh bangunnya.
Perlahan-lahan penjualanku mulai meningkat, sehingga menjadi perhatian
sesama sales. Salah seorang sales di kantor ku membuka kantor agent
property sendiri. Dia mengajakku untuk bergabung. Aku pikir dan
pertimbangkan yang mengajakku adalah agent cantik, seorang wanita yang
selalu berpenampilan smart keturunan China usianya masih tergolong muda.
Mungkin malah sebaya dengan aku sekitar 25 tahun. Ia sudah cukup lama
terjun menjadi agent, sejak awal kuliah dulu dia sudah bergabung menjadi
agent property.
Kantor baru, ternyata hasil patungan 3 orang agent. Selain Meilan, juga
Cindy dan Murni. Ketiga mereka termasuk bintang di kantor ku yang lama.
Cindy juga cantik, sebagaimana gadis Manado, kulitnya putih, rambutnya
hitam lebat. Murni, ayu khas Indonesia banget, warna kulitnya kalah
putih dengan kedua rekannya, tetapi masih bisa dibilang putih.
Sebagai bos di kantor baru aku selalu berhubungan dengan mereka.
Penjualanku terus menanjak, itu yang membuat mereka senang. Ketiga
bidadari yang menjadi bosku itu makin akrab. Meski mereka cantik dan
masih muda, tetapi aku sama sekali tidak berharap bisa lebih intim.
Selain karena bos, juga rasanya kurang enak, karena rekan kerja
sekantor.
Setelah setahun, aku bergabung dengan mereka, aku baru tahu bahwa
ternyata mereka adalah janda. Aku cukup terperanjat, karena cantik dan
semuda mereka kok bisa ketemu laki-laki bodoh yang menceraikan mereka.
Kenapa sampai cerai dan bagaimana ceritanya, aku tidak tahu, aku gak
berani nanya-nanya soal itu, lagian apa urusanku menyelidik mereka.
Meski begitu ada juga yang membuatku penasaran. Jika mereka sudah tidak
bersuami, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan biologisnya. Apa mungkin
mereka menggunakan jasa gigolo, atau gimana ya ?
“Hey ganteng, sibuk nggak,” tegur Cindy. Aku memang sering digoda dengan
sebutan si ganteng. Cindy minta aku temani karena dia mau prospek orang
di hotel. Kata dia calon prospeknya kelihatan jelalatan, dia takut
dijebak.
Aku memang sedang tidak ada prospek, “ kalau gol, gua dapat komisi juga ya,” godaku.
“Ah lu perhitungan amat, minta ditemani aja, pakai nuntut komisi,” katanya.
Aku sebenarnya bercanda menggoda dia saja. Padahal aku tahu, prospek
yang akan ditemuinya itu berminat membeli satu tower apartemen.
Seandainya aku jadi Cindy, jika prospek menuntut minta ditemani tidur
semalam, rasanya wajar aja, sebab yang bakal didapat satu tower. Bisa
meledak tuh komisinya.
Calon prospeknya memang jelalatan, wajar jika Cindy ngeri nemuin dia
sendirian. Mana orangnya buncit, kulit hitam dan tampangnya gak ada
bagus-bagusnya. Tapi duitnya banyak. Cindy mulai menggelar jualannya.
Aku hanya diam saja sambil mencermati bagaimana dia memikat dan menjerat
prospeknya. Sebenarnya ilmu jualan Cindy gak hebat-hebat amat. Aku
pikir malah standar saja. Mungkin karena dia cantik, maka dia banyak
menjaring pembeli. Suaranya memang renyah, malah cenderung rada
merangsang.
Prospek yang dihadapi Cindy ternyata bukan orang yang mudah dipikat dan
digoda dengan kecantikan. Dia membanding-bandingnya dengan apartemen
lain yang sekelas dengan yang dijual Cindy. Wah Cindy kelihatannya
kehabisan akal menanggapi serangan si jelek yang tajir itu. Belum
terlihat tanda-tanda dia tertarik dengan barang yang dijual Cindy.
Dadaku sudah sesak, karena sedari tadi diam saja.
Setelah Cindy terdiam, aku mengambil over dengan memberi tambahan
penjelasan. Aku melihat prospek ini adalah spekulan. Dia ingin menggaet
keuntungan dengan beli di pasar perdana dan menjual di pasar reguler.
Penjelasan Cindy tadi kurang menggelitik rasa geli spekulan. Aku
langsung menggambarkan kemungkinan peningkatan harga pada setahun
mendatang. Aku katakan minimal dalam setahun mendatang bisa untung 80
persen.
Sang prospek senyum sinis. Dia mendesakku dari mana aku bisa membuat
perkiraan ngawur begitu. Aku mulai menggelar beberapa unggulan. “ Pak
bangunan yang dipasarkan dan yang dibangun ini baru menempati seperlima
dari lahan yang dimiliki developer, artinya , di masa depan terbuka
kemungkinan developer membangun mall, atau hotel, atau condominium.
Porperty yang ada disekitar apartemen ini harganya sudah melonjak 100
persen dibandingkan setahun lalu. Padahal apartemen ini baru memulai
menanam tiang pancang. Jika apartemen ini jadi, pasti developer sudah
menyiapkan jualan property yang lain.
Gombal yang begitu, membuat si prospek terdiam, eh dia malah membetulkan
pernyataanku, karena ternyata dia pernah mau beli sebidang tanah dekat
dengan bangunan apartemen itu, sekarang harganya sudah lipat dua.
Setelah basa-basi sedikit, akhirnya deal dan penjualan close. Cindy
sibuk menyiapkan berbagai dokumen. Aku membantunya. Sejam kemudian aku
dan Cindy sudah berada di mobil. Aku mengendarai Mercy C-200 terbaru
miliknya. Kami kembali ke kantor. Di kantor, ternyata Meilan dan Murni
menunggu kami. Maklum ini jualan besar.
Begitu bersua, Cindy langsung teriak “GOAL” mereka saling berpelukan
sementara aku bengong saja melihat mereka bertiga meluapkan kegembiraan.
Tanpa disangka-sangka Cindy melompat memelukku dan kakinya langsung
merangkul tubuhku dan mulutnya menciumiku berkali-kali sampai aku
gelagapan.
Cindy kemudian bercerita sambil memujiku. Menurut dia mangsa sudah
hampir lepas, tetapi aku berhasil membalikkan situasi sehingga mangsa
dengan suka rela masuk ke jaring. Mereka tidak tahu bahwa aku mempunyai
kemampuan membaca pikiran lawan dan mengirim sugesti melalui telepati
untuk menundukkan pendirian lawan bicara. Itu semua kupelajari dari
mengikuti seminar-seminar.
Sejak saat itu, jika mereka akan bertemu prospek kakap mereka selalu
mengajakku. Jika aku berhalangan mereka berani menunda appointment,
menunggu sampai aku ada waktu. Memang tidak ada prospek yang gagal
selama aku mendampingi mereka. Jualan mereka tidak lagi unit, tetapi
sudah tower-tower.
Aku memang kecipratan banyak juga sih dari komisi mereka, tapi rasanya
gak puas kalau belum aku sendiri yang mendapatkan prospek kakap.
Di hari yang aku lupa, Para bosku memanggil ke ruang kerjanya. Mereka
meminta kesediaanku untuk menjadi sopir mereka. Seorang rekan mereka
melangsungkan perkawinan di kota Cirebon. Aku juga kenal, karena Vera
adalah pernah satu kantor di tempat yang lama.
Di hari yang dijanjikan, sekitar jam 10 pagi menjelang siang aku
dijemput dengan Mercy C-200. Duduk di depan Cindy dan dibelakang Murni
dan Meilan. Mereka pada doyan tidur, sehingga di jalan tol kulajukan
dengan kecepatan maksimum, Sekitar jam 4 sore kami sampai di Cirebon.
Murni yang agak mengenal kota ini mengarahkan ke penginapan berbentuk
cottage.
Untuk urusan chek in, Meilan yang mengatasinya, Seorang bell boy
mengarahkan kendaraan menuju salah satu cottage. Cottage yang dipilih
lumayan bagus, bangunannya besar, namun ruang tidur dan ruang tamu
menyatu. Rupanya yang dipesan hanya satu cottage. Berarti aku akan tidur
dengan 3 bidadari.
Acara resepsi perkawinan dimulai jam 7 malam, sehingga masih ada waktu
bagi kami untuk istirahat. Aku langsung masuk kamar mandi menyegarkan
diri lalu berselonjor di sofa bed. Mataku ngantuk sekali. Aku tidak tahu
lagi apa yang kemudian terjadi. Sekitar sejam aku lelap dan ketika aku
bangun mataku menangkap pemandangan yang menakjubkan. Ketiga cewek itu
mengenakan daster tipis dan di dalamnya hanya mengenakan celana dalam.
Tetek mereka yang bergelantungan tampak jelas oleh pemandangan mataku.
Mereka tampaknya tidak canggung sama sekali.
Aku duduk dan menyesuaikan cahaya ruangan di mataku. Mengetahui aku
sudah bangun mereka kelihatan sibuk, ada yang membuatkan kopi, ada yang
menyodorkan cemilan. Cindy dan Murni duduk mengapitku. Aku dipeluk
mereka berdua, sehingga kedua ujung sikutku menyenggol benda empuk yang
kenyal.
Tanpa basa basi tangan Cindy meraih selangkanganku, dia langsung
menggenggam batangku yang masih setengah keras. Jujur, pada waktu itu
merasa kikuk. Karena 3 wanita berada di satu ruangan sementara dua orang
mengapitku, sedang yang satu lagi masih sibuk dengan HP nya. Tapi aku
cepat berpikir bahwa pasti mereka sudah punya rencana terhadapku
sehingga tanpa canggung Cindy berani berbuat seperti ini. Aku segera
merespon aksi Cindy dengan merengkuh pundaknya dan langsung mencium
bibirnya. Cindy langsung menyambut ciumanku dengan menyedot lidahku dan
memainkan lidahnya masuk ke dalam mulutku.
Sedang aku asyik menguncup Cindy, Murni menarik kepalaku sehingga
ciumanku lepas dari mulut Cindy dan langsung dicucup Murni. Nafas Murni
sudah mendengus-dengus. Sementara itu aku merasa, resleting celanaku
dibuka Cindy lalu menarik sekaligus celana dalamku.
Batangku yang sudah lumayan keras langsung melenting. Penisku ukuran
normal untuk orang Indonesia, panjang 15 cm dan garis tengah 4 cm. Namun
yang mungkin agak istimewa, topi helmnya besar seperti kepala jamur.
“Wuih helmnya gede, amat,” kata Cindy.
Dia mencoba mengulum penisku, tetapi kelihatannya agak kerepotan karena
lebarnya kepala penisku. Aku agak sulit berkonsentrasi, sebab yang atas
melayani Murni yang bawah di rogol Cindy. Tanganku beroperasi meremas
bongkahan tetek Murni. Teteknya tidak terlalu besar, tetapi tetap tidak
muat untuk setangkup tanganku. Tanganku langsung masuk dari bawah
dasternya meremas bongkahan tetek Murni dan memelintir putingnya yang
sudah mengeras tetapi masih kecil.
Sementara itu aku merasa ada peserta baru di bawah sana. Aku melirik,
Meilan ikut ambil bagian menjilati buah pelirku. Ini adalah pengalaman
pertamaku bermain langsung dengan 3 wanita.
Tanganku meraih selangkangan Murni, langsung masuk ke balik celana
dalamnya. Jembutnya tidak terlalu lebat dan parit ditengah nya terasa
sudah berlendir. Aku menggosok-gosok parit berlendir itu. Dengan mudah
aku menemukan clitorisnya, yang langsung aku gosok. Murni pecah
kosentrasinya sehingga dia lepas dari mulutku.
Aku melepas celana Murni dan terus memainkan itilnya sampai akhirnya dia
mencapai orgasme. Murni duduk terkulai di sampingku dengan daster yang
sudah tidak karuan. Sementara itu, Meilan mendahului temannya langsung
mengambil posisi duduk di atas penisku dan mengarahkan penisku memasuki
lubang hangatnya. Tanpa halangan penisku melesat perlahan, kedalam
lubang kenikmatan. Cindy yang tidak kebagian mainan duduk di sampingku,
kananku. Kurengkuh badannya dan kucium, lalu tanganku langsung menyeruak
masuk ke balik celana dalamnya. Belahan memeknya juga sudah berlendir.
Jembutnya dicukur botak, sehingga aku mudah menemukan lubang vaginanya
dan meraih itilnya yang juga sudah mengeras. Aku mainkan itilnya. Cindy
mengerang-ngerang. Karena konsentrasiku terpecah-pecah, sehingga aku
tidak terlalu fokus dengan genjotan Meilan. Tanganku yang satu lagi
tangan kiri ditarik si Murni lalu dia mengarahkan agar aku memainkan
memeknya lagi.
Tiga tugas kulakukan dalam satu waktu, sehingga agak sulit bagi otakku
mengendalikan gerakan. Aku turuti kemauan murni dan jari-jariku langsung
melesat masuk ke dalam liang vaginanya. Untung aku rajin memotong kuku,
sehingga aku tidak ragu-ragu mengobel memek. Setelah jari tengahku
masuk penuh, aku mencoba memasukkan jari manisku sekaligus, dua jari
berhasil masuk. Aku mengocok-ngocok. Rupanya posisi Murni kurang leluasa
menikmati sodokan jariku, dia berbaring dan mengarahkan selangkangannya
menghadapku. Sementara itu di sebelah kanan si Cindy sudah pula
mengerang-ngerang karena kilikan jari di itilnya. Aku melepas celananya
yang dia bantu sehingga bagian bawahnya yang gundul terlihat jelas. Aku
masukkan jari tengah lalu aku masukkan lagi jari manisku.
Kini jari-jari penting sedang bermain di kiri dan kanan. Cindy mengikuti
Murni mengubah posisinya menjadi telentang dan menghadapkan
selangkangannya ke arahku. Aku memainkan G Spot Cindy dan Murni secara
bersamaan dan mempertahankan kekerasan penisku yang terus digenjut
Meilan. Sekitar 5 Menit kemudian Murni mengerang panjang dan bersamaan
dengan itu terpancar cairan ejakulasinya sehingga mengenai tubuh Meilan.
Terbawa oleh suara erangan Murni, Cindy menyusul memancarkan cairan
ejakulasinya sambil mengerang dan berkedut-kedut. Meilan makin hot
melihat kedua temannya mencapai orgasme dan aku pun jadi makin bernafsu
sehingga aku merasa akan segera menembakkan spermaku. Mungkin karena
waktunya hampir sampai atau memang gerakan Meilan yang memberi
kenikmatan akhirnya aku melepas beban birahiku dengan menyemprot cairan
hangat ke dalam rongga memek si Meilan. Pada semprotan kedua Meilan
mendekapku dan menekan memeknya ke penisku sehingga seluruhnya terlahap
oleh memek Meilan. Dia juga menjerit dan memeknya seperti meremas-remas
penisku. Mungkin inilah maksud dari pepatah, “ Sekali kayuh, 3 pulau
terlampau, sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya”.
Ya cerita ini memang sulit dipercaya, tapi itulah kenyataannya, sehingga
aku perlu menceritakannya karena kejadian seperti yang kualami ini tak
banyak yang bisa ikut merasakan. Kalau tidak unik maka tidak akan
kuceritakan.
Kami berempat terkulai lemas. Aku sempat tertidur sekitar 10 menit, para
cewek juga sudah tertidur. Hembusan AC lama-lama terasa dingin,
sehingga mereka terbangun. Badanku terasa lengket, karena di bagian
bawah berselemak cairan sperma dan cairan memek Meilan, tangan kanan dan
kiriku juga berselemak dengan cairan memek Cindy dan Murni. Kulihat jam
di dinding sudah menunjukkan jam 6 sore.
Aku beranjak bangun menuju kamar mandi, karena kantong kemihku terasa
penuh. Dengan santai aku bertelanjang bulat lalu mandi air hangat di
pancuran. Tidak lama kemudian masuk ketiga perempuan yang barusan aku
embat dalam keadaan telanjang bulat. Lampu kamar mandi yang terang
benderang memberi pandangan nyata terhadap body mereka satu persatu.
Cindy badannya cukup sekel, tetek tidak terlalu besar, bulu jembutnya
sama sekali tidak ada, sehingga memeknya botak dan kelihatan cembung,
seperti memek anak kecil. Murni teteknya lebih besar dari Cindy,
tingginya paling pendek diantara teman-temannya, jembutnya tidak terlalu
banyak, rambutnya hitam lurus. Meilan kulitnya putih teteknya paling
gemuk diatara teman-temannya, putingnya merah muda dan jembutnya lebat
sekali berwarna hitam.
Kami mandi bersama-sama sambil bercanda dan aku meremasi tetek dan
menghimpitkan penisku yang belum terlalu tegang ke pantat mereka yang
menggairahkan. Kami berempat sudah tidak ada jarak lagi. Tanganku bebas
merogoh memek siapa pun, meremas tetek siapa pun dan mencium siapa pun.
Kami harus bersiap-siap untuk menghadiri resepsi, Vera. Ketiga cewek
yang sebenarnya adalah para bosku tampil anggun dengan gaun pesta malam.
Jika melihat dari penampilan mereka dengan busana lengkap ini mereka
sangat berwibawa. Tidak sebersit sedikitpun dibalik kewibawaan itu,
mereka adalah wanita yang ganas dalam hal sex.
Kami hanya sekitar 2 jam saja di acara pesta itu lalu kembali ke
penginapan. Sesampai di penginapan Murni mengungkap bahwa aku lulus
dengan nilai terbaik pada ujian pertama. Masih ada ujian-ujian
berikutnya. Ujian berikutnya adalah aku barus membuat semua mereka
mendapat kepuasan malam ini, Murni bertanya apakah aku sanggup
menghadapi ujian itu. Aku sanggupi tantangan itu, namun aku minta waktu
sekitar 1 jam untuk tidak diganggu. Meilan, bertanya, untuk apa.
Aku jelaskan bahwa tantangan itu cukup berat, sehingga aku harus
mengembalikan kebugaran tubuhku. Aku perlu waktu melakukan meditasi.
Mereka celingukan heran, tapi kemudian aku diberi waktu sejam untuk
bermeditasi. Aku duduk di karpet dengan melipat kaki dan kedua telingaku
ku pasang earphone untuk mendengarkan musik for meditasi. Aku melakukan
menditasi sekitar 30 menit.
Badan kembali terasa segar, dan tenaga pulih kembali. Mereka yang
memperhatikanku bertanya untuk apa aku meditasi. Aku jelaskan singkat
saja, meditasi untuk memulihkan tenagaku yang terkuras karena nyopir
dari Jakarta dan ejakulasi yang tadi.
Menurut kesepakatan mereka bertiga mereka satu persatu harus aku layani
sampai puas. Yang mendapat giliran pertama adalah Meilan, yang kedua
Murni dan yang terakhir adalah Cindy. Aturan yang ditetapkan, aku harus
bisa memuaskan mereka dalam waktu maksimum 20 menit untuk setiap orang,
sehingga pengantri berikutnya tidak terlalu lama menunggu.
Menghadapi tantangan seperti ini kalau tangan kosong mana mungkin aku
bisa mengatasinya. Meski aku masih muda tetapi aku sudah mempelajari Tao
dan cukup mahir memainkan hipnotis. Sebab hipnotis aku perlukan dalam
rangka marketing, hipnosis selling.
Aku terima tantangan itu, namun aku minta bantuan mereka untuk aku
rilekskan badan mereka dulu. Aku tidak mengatakan menghipnotis mereka,
tetapi membuat badan mereka merasa rileks. Ketiganya duduk berjajar di
sofa lalu dengan cepat aku masukkan dalam pengaruh hipnotis. Aku
sugestikan bahwa mereka akan merasakan orgasme ketika mendengar
tepukanku sekali, jika aku bertepuk dua kali mereka akan bangun dan
sadar kembali.
Setelah mereka dibawah pengaruh hipnotis aku segera mensugesti orgasme.
Ketiganya kelojotan gak karuan. Aku biarkan keadaan itu sampai 5 menit
baru aku bangunkan. Mereka terbangun dan mata mereka semua layu seperti
orang kelelahan.
Meilan segera aku bimbing ke kasur dan kami bertelanjang bulat. Cindy
dan Murni menonton pertandingan babak pertamaku. Tanpa foreplay aku
langsung tancap gas. Aku berusaha mengatur nafas dan berusaha bertahan,
sementara itu sambil aku memeluk dan menciumi telinganya aku bisikkan
sugestiku orgasme. Baru 2 menit permainan Meilan sudah mengerang-ngerang
kelojotan mencapai orgasmenya. Badannya langsung lunglai, aku tetap
bertahan pada posisi MOT, tidak berapa lama dia sudah menjerit lagi
karena gelombang orgasmenya menderanya. Dalam 10 menit dia sudah
mencapai 4 kali orgasme, yang dua kali pertama di bawah pengaruh
hipnotis sedang yang berikutnya di capai dalam keadaan sadar. Akhirnya
Meilan minta aku menghentikan permainan karena dia sudah tidak sanggup.
Berkat hipnotis orgasme mereka bertiga tadi, memek Murni sudah ready.
Celah vaginanya sudah berlendir dan licin. Tanpa pemanasan aku langsung
menancapkan penisku dan memompanya perlahan-lahan. Aku kembali
membisikkan sugestiku, dua menit kemudian Murni sudah berteriak karena
orgasmenya yang pertama. Aku berhenti sejenak memberi kesempatan dia
menikmati orgasmenya. Aku genjot lagi tidak sampai dua menit dia sudah
berteriak lagi karena gelombang nikmat yang tidak tertahankan. Aku
biarkan dia dalam pengaruh hipnotis, sehingga dia berkali-kali mencapai
orgasmenya . Aku tidak sempat menghitung, tetapi setelah orgasmenya yang
kelima aku sadarkan dia, namun karena perangkatnya sudah bisa
menyesuaikan permainanku, maka dia mudah mendapat orgasme lagi sampai
lebih dari 3 kali. Dia pun akhirnya minta ampun dan minta dihentikan
permainanku.
Murni langsung tidur pulas seperti Meilan yang sudah mendengkur halus.
Tinggal Cindy yang masih terjaga. Dia geleng-geleng kepala melihat
kemampuanku menewaskan dua wanita temannya sampai terkapar tak peduli
dengan ketelanjangannya.
Cindy mengambil posisi diantara kedua temannya dan langsung aku tiban.
Memeknya masih lumayan basah, sehingga dia dengan mudah melahap penisku
masuk menerobos liang vaginanya. Aku kembali membisikkan sugesti orgasme
dan tidak lama kemudian dia berteriak melengking karena merasakan
kenikmatan luar biasa. Setelah istirahat sejenak aku embat lagi dan dia
kembali mendapatkan orgasmenya. Aku biarkan terus menerus dia mencapai
orgasme dibawah pengaruh hipnotis, sampai akhirnya dia terlihat agak
lelah lalu aku sadarkan. Itu tidak banyak menolongnya karena dalam
keadaan sadarpun dia kembali menjerit, sampai harus kututup bantal
mulutnya.
Dia minta aku menghentikan permainan, karena dia sudah lelah sekali dan
matanya sangat berat. Aku masih menggenjotnya sampai dia sekali lagi
mencapai orgasme. Dia sudah tidak bertenaga lagi meski gelombang
nikmatnya tidak mampu dia bendung. Akhirnya dia tergeletak seperti orang
pingsan.
Ketiga cewek bosku itu terkapar di kasur berjajar bugil seperti ikan
kembung. Iseng-iseng aku jepret dengan kamera HP dari berbagai posisi.
Ini adalah moment yang tidak akan pernah terjadi lagi. Sementara itu aku
belum mencapai puncakku. Aku mengalah dan memang sengaja tidak
memuncratkan spermaku untuk menjaga tenagaku agar tetap fit.
Mereka bertiga tidak ada yang mengetahui bahwa aku menguasai hipnotis.
Itu memang rahasia. Aku membersihkan diri dan mengenakan pakaian
lengkap. Aku keluar dan mencari udara segar. Sambil menghisap rokok aku
bertemu dengan petugas hotel, mungkin dia security. Perut yang terasa
lapar menginginkan segera diisi. Aku ingin sate kambing.
Security menawarkan jasa untuk membelikan sate kambing yang cukup
terkenal di Cirebon. Aku pikir ini praktis juga, sebab jika aku sendiri
yang mencari berkeliling belum tentu bisa menemukan penjual sate
kambing, apalagi yang top.
Setelah kuberi uang aku minta dibelikan 40 tusuk sate bumbu kecap dengan
lontong. Nikmat juga malam-malam berada di ruang terbuka. Kebetulan
cuaca terang. Aku mencabut sebatang rokok lagi dan mencari tempat duduk
di taman dekat kolam.
Sekitar sejam kemudian pesanan sateku tiba. Setelah basa basi dan
memberi uang tips, aku kembali masuk ke kamar. Ketiga perempuan masih
nyenyak mendengkur di balut selimut. dibawah selimut mereka telanjang
bulat.
Perut yang kosong menuntut agar aku segera menyantap sate. Sambil
menonton TV aku menikmati sate yang ternyata memang benar enak dan
empuk. Cindy terbangun. Kelihatannya dia kebelet pipis, karena langsung
ngloyor sambil bugil masuk kamar mandi dan karena pintunya tidak ditutup
maka desiran air kencingnya terdengar sampai keluar.
Kedengarannya dia membersihkan diri dengan air shower, mungkin bekas
keringat yang lengket serta cairan setubuh yang mengering di
selangkangannya menimbulkan rasa risih. Keluar dari kamar mandi dengan
santainya tetap dalam keadaan bugil dia hampiri kedua koleganya yang
masing ngringkel. Ditariknya selimut lalu dibangunkan keduanya. Meilan
dan Murni terbangun karena gangguan itu. Murni bangkit dalam keadaan
telanjang juga setengah berlari ke kamar mandi. Kembali terdengar
desiran pancaran kecingnya. Meilan latah ikut masuk kekamar mandi dan
dia pun melepaskan hajat kecilnya dengan semburan yang tak kalah
nyaringnya.
Cindy bergabung denganku dan mengambil sebungkus sate. Dia memang
penggemar sate, terutama sate kambing. Karena tusukan satenya yang sudah
kelihatan, dia tidak lagi bertanya, langsung beraksi. “Enak nih satenya
empuk, dimana belinya,” tanyanya. Cindy duduk di karpet yang sudah dia
lapisi dengan kain. Kaki kirinya ditekuk keatas dan kaki kanannya juga
dilipat seperti posisi bersila.
Murni menyusul dan mengambil jatahnya dia makan di dekat Cindy sambil
jongkok dan juga bugil. Meilan datang belakangan masih sempat nyrocos
menanyakan makanan yang kami santap. Dasar perempuan mulutnya lebih
nyinyir, padahal gak perlu tanya juga udah bisa lihat apa yang kami
makan. Dia ikut-ikutan bugil dan duduk bersila di samping Murni. Hanya
aku yang mengenakan pakaian, celana boxer dan kaus oblong. Tapi mereka
tidak peduli dan tidak juga protes.
Setelah acara naked gala dinner usai, kami ngobrol tanpa topik.
Tiba-tiba Meilan bertanya, apakah aku sebelum ini memakai obat tahan
lama, menghadapi 3 cewek. Tentu saja aku katakan aku tidak minum obat
apa pun. Meilan tidak percaya. “kalau gak percaya lantas mau minta bukti
apa,” tanyaku balik. Meilan terdiam, karena dia tidak punya cara
membuktikan soal doping.
Murni membelaku dengan mengatakan bahwa kuncinya adalah, meditasi
sebelum pertempuran tadi. Cindy angkat bicara. “ Aku harus angkat jempol
sama kemampuan Joe, aku belum pernah main sampai kewalahan seperti
tadi.”
“Gua juga belum pernah sampai kalah KO seperti tadi, padahal dia
melayani kita bertiga,” tambah Murni. “ Iya gua juga salut ama lu Joe,
kayaknya kalau udah main ama lu, gua gak nafsu ama cowok lain.” kata
Meilan.
Aku demikian tersanjung oleh pujian ketiga cewek yang sebenarnya sudah
cukup matang dalam mengenal hubungan sex. Seperti yang ku ketahui, jika
cewek sampai terpuaskan apalagi sampai menyerah karena tidak kuat lagi,
dia akan sulit melupakan cowok yang menaklukan dirinya.
Sejak peristiwa itu aku bagaikan gigolo mereka. Bisa mereka satu persatu
minta dipuaskan, dan sering juga mereka melakukan party 4 some.
Akhirnya kami berempat menyewa apartemen yang cukup luas. Sekitar
setahun kami bidup bebas berempat.
Sejak aku tinggal bersama mereka, aku tidak lagi bergabung dengan kantor
mereka, karena aku memilih menekuni jalur menjadi developer. Mulai dari
kecil-kecilan membangun town house, akhirnya lumayan juga aku bisa
berlanjut membangun beberapa proyek town house.
Kami sudah seperti saudara kandung. Jika salah satu ada masalah, maka
yang lainnya ikut repot mencari jalan keluar. Jika salah satu dari kami
sakit, maka yang lainnya juga heboh. “Tresno jalaran kulino” memang
benar terjadi pada kami. Mereka bertiga jadi mencintaiku demikian juga
aku mencintai mereka bertiga, sehingga aku dan mereka bertiga juga tidak
punya pacar. Jika ada yang kelihatan akrab, ada saja yang menegur. Kami
jadi sulit dipisahkan. Jika kami berpesiar, baik di dalam negeri maupun
ke luar negeri, tidak ada yang mau tinggal. Jangankan gitu, maka di
mall aja aku harus menggandeng ketiganya.
Mereka sudah menganggap aku adalah suami mereka, sebaliknya akupun
mengangap mereka adalah bagian hidupku. Kenyataan ini agak sulit
diterima oleh masyarakat umum, karena dianggap tidak wajar.
Adalah Murni yang mula-mula melontarkan ide, agar hubungan kami
diresmikan saja dalam ikatan suami istri yang sah. Dengan demikian
statusnya jadi lebih jelas. Meilan dan Cindy yang berbeda agama
denganku, ternyata tidak menolak. Rasanya kami lebih berani menghadapi
malu, dari pada harus berpisah. Oleh karena itu, akhirnya disepakati
pernikahan resmi.
Sudah pasti keluarga kami masing-masing tidak setuju atas gagasan gila
itu. Belum pernah ada rasanya seorang laki-laki menikahi 3 wanita
sekaligus. Meski kelihatannya janggal, tetapi tidak ada hukum yang kami
langgar, baik hukum agama, maupun hukum negara.
Aku dan ketiga istriku sudah lama dan terbiasa hidup mandiri, bahkan
banyak membantu keluarga-keluarga kami yang hidupnya kekurangan. Oleh
karena itu keluarga kami masing-masing terbelah dua, ada yang
setuju-setuju aja, tapi ada juga yang menentang.
Untuk lebih memantapkan diri, kami bersepakat untuk melaksanakan resepsi
besar-besaran. Ini untuk menunjukkan bahwa kami tidak bersembunyi dan
berani tampil dengan percaya diri.
Pesta pernikahan unik kami dihadiri oleh sekitar 3000 undangan dan
diliput oleh berbagai media, karena memang unik. Di pelaminan aku
berdiri didampingi oleh ketiga istriku. Kami mensepakati bahwa istri
pertama adalah Murni, kedua Cindy dan ketiga Meilan. Susunan di
pelaminan juga unik karena seorang pria didampingi 3 mempelai wanita
diikuti dengan 3 pasang orang tua perempuan.
Begitulah kisahku. Sebetulnya masih ingin lebih panjang lagi bercerita,
tetapi nanti jadi berkepanjangan dan malah jadi melelahkan.***
Tidak ada komentar :
Posting Komentar